Perjuangan cinta seorang istri ( kisah nyata )








Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu...

Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yg mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina. Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.

Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap. Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg dianggabnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.

Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.

Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.

Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya. Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,

"Istriku, saat kamu pergi nanti... ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!"

Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.

Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya. Maka, dia pun lalu bertanya,

"Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan..."

Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,

"Suamiku... ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!"

Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.

"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun..."

Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya. Subhanallah...

Tahukah kalian, apa yg dapat kita pelajari dari kisah di atas? tujuan utama dari sebuah pernikahan itu bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, meski diakui mendapatkan buah hati itu adalah dambaan setiap pasangan suami istri, tapi sebenarnya masih banyak hal-hal lain yg juga perlu diselami dalam hidup berumah-tangga. Untuk itu rasanya kita perlu menyegarkan kembali tujuan kita dalam menikah yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yg kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.

"Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!"

PERJUANGAN COWOK YANG TAMPANG PAS-PASAN

Gw punya temen katakan saja bernama Bagus. Meskipun namanya begitu, tapi nasibnya tidak sebagus namanya. Bagus ini adalah seorang anak yatim piatu sejak SD. Orang tuanya sendiri sebenarnya tergolong cukup mampu walau untuk ukuran desa. Ketika ditinggalkan orang tuanya, dia diwarisi sawah yang luas dan sebuah kios penjualan pupuk. Maklum di desa. Satu satunya yang mengasuhnya adalah kakaknya yang udah berkeluarga. Kakaknnya adalah seorang pedagang di pasar. Hingga cara mendidiknya pun keras, untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Semasa SMP dimana anak2 suka main-main Bagus menghabiskan waktu mengurus sawah dan mejaga kios pupuknya. Karena tidak bergaul itulah Bagus selalu menjadi `looser` diantara kami. Bagus mendapat ceng-cengan `Lemes` karena pernah mau pingsan ketika ikut Karate bersama kami. Waktu itu tahun 1998-an karate merupakan kegiatan yang elit di lingkungan kami.
Ketika SMU Bagus lemes pun hanya mampu bersekolah di SMA swasta yang nggak bonafid. Maklum Bagus orangnya nggak terlalu pinter. Karena selalu bergaul dengan orang-orang yang lebih dewasa, seleranya pun jadi aneh. Ketika waktu itu motor Suzuki Crystal adalah motor favorit, Bagus malah senang dengan motor tua. Waktu berlalu Baguspun berhasil lulus SMA walau dengan susah payah. Disaat itulah gw sering main lg bersama Bagus.
Sebagaimana layaknya remaja pada umumnya Bagus juga mengalami apa yang dinamakan jatuh cinta. Dia jatuh cinta dengan seorang mahasiswi Akper Jogja katakan saja namanya Rini. Rini ini orangnya putih dan cantik sekali. Sedangkan Bagus tampangnya sangat pas-pasan. Selain bertampang pas-pasan cara berdandan, membawa dirinya pun sedikit berbeda (kalo gak mau dibilang aneh). Dia suka memakai jaket kulit rumbai-rumbai begaya ala biker. Waktu itu gaya biker belum terlalu lazim untuk anak muda. Rini sendiri sebenarnya juga tidak mengenal Bagus pada awalnya. Bagus mengenal Rini ketika bertemu di RS PKU yogja tempat Rini praktek. Perkenalan itu membuat Bagus nggak bisa tidur dan selalu melamun. Sedangkan Rini tentu saja nggak terlalu peduli dengan Bagus, maklum Rini sudah punya cowok dikota asalnya, surabaya. Dengan berbagai cara, Bagus akhirnya menemukan alamat kost Rini. Dan mulailah Bagus dengan sebuah kegiatan baru yang namanya Apel.
Apel pertama jelas sangat canggung, maklum Rini sudah lupa dengan Bagus. Bagus pura pura menanyakan obat kakaknya, karena nggak mau ke rumah sakit. Pembicaraan jelas sangat terbatas. Karena Rini sangat asing dengan tamu anehnya malam itu. Sempat Bagus melihat foto pacar Rini ketika dengan pura-pura Rini membuka dompetnya. Rini sengaja melakukan ittu untuk memberi batasan kepada Bagus.
Apel kedua dilakukan Bagus dengan lebih semangat. Meski dia tahu Rini sudah mempunyai pacar, Bagus menganggap foto di dompet Rini adalah gambar Andy Lau saja.. meski ganteng, tapi kan jauh di surabaya.. katanya kepada gw suatu saat. Bagus semangat karena kenyataan Rini malem minggu selalu di rumah. Paling tidak kalau Bagus pergi malem minggu, kalau ditanya, Bagus bisa dengan bangga menjawab.. Apel! Perasaan di dada Bagus makin menggebu, Wajah Rini yang selalu membayangi membuatnya ingin segera mengutarakan perasaannya. Akhirnya malam itu, Bagus datang dengan motor tuanya, dengan dandanan biker, dan rambut dikuncir, mengapeli Rini di kostnya. Setelah berbincang cukup, basa basi cukup, Bagus mulai mencurahkan perasaannya.
” Rini, tentunya kamu tau kenapa aku sering kesini malem minggu..” kata Bagus.
” Apa…?” Rini benar benar nggak tau.
” Begini Rin, Aku cinta padamu..” Bagus dengan terbata mengutarakan cintanya.
Mendengar ungkapan cinta Bagus itu, Rini meludah. Perasaan Bagus tentu saja seperti disengat kalajengking, namun dia menahnnya. Dengan menahan emosi Rini ber ucap..
” Gus, Kamu kan tahu aku sudah punya cowok, dan yang kedua aku memang nggak pernah suka sama kamu…”
Bagus terdiam.. Hatinya remuk diperlakukan begitu rupa. Ekspresi meludah sangatlah melukai perasaannya. Tapi hebatnya Bagus, dia malah nyengir dan bilang:
” Aku nggak heran, Rin. Cewek yang mukanya lebih jelek dari kamu saja selalu menolakku ” katanya. Tentu saja Rini tambah emosi dan jijik.
Apel kedua Bagus hancur berantakan, seberantakan perasaan Bagus yang hancur lebur. Seminggu dalam linglung di lalui Bagus di kios buluk tempatnya jualan pupuk. Akhirnya malem minggu ketiga datang juga. Bagus bimbang untuk datang ke kost Rini atau tidak malam itu. Tentunya peristiwa minggu lalu masih menyisakan sakit hati. Setelah berpikir.. akhirnya diputuskan.. untuk tetap datang ke kost-an Rini. Ketika sampai di kost Rini, teman kost Rini bilang, Rini sedang pergi dengan pacarnya yang baru datang dari Surabaya. Hati Bagus kembali remuk. Pulanglah dia dengan galau.
Minggu berikutnya Bagus tetap ngotot datang ke kost-an Rini. Dengan alasan yang sama teman kost Rini menyampaikan alasan Rini nggak ada di tempat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang sampai sebulan lebih. Pada akhirnya Bagus menyadari, bahwa Rini hanyalah berusaha menghindar darinya. Bahwa pacarnya sebenarnya nggak pernah datang. Bagi banyak cowok, peristiwa seperti itu pastilah membuat semangatnya loyo. Ketika menemui penolakan yang sebegitu rupa, pasti langsung kendor, atau marah, dan bilang `emang cewek cuman loe doang.. cuih..` mungkin begitu. Namun berbeda dengan Bagus.
Apel `sepihak` yang dilakukan Bagus lemes, sudah menjadi sebuah kebiasaan, sperti halnya rutinitasnya di kios atau di sawah. Kali ini dengan sedikit strategi, Bagus berusaha apel lagi. Bagus merubah jadwal datangnya. Dia datang lebih awal pada malam minggu itu. Karena berbeda dengan biasanya, Rini nggak bisa mengelak. Mau tak mau dia harus menemui Bagus. Pertemuan malam itu sangatlah kikuk. Rini hanya cemberut saja, sedang Bagus berusaha mengajak berbicara tapi topiknya sangat basi. Maklum Bagus tidaklah pintar dalam hal merayu. Setelah bermenit menit mati gaya, Bagus pun pulang. Hatinya sedikit senang karena akhirnya bisa bertemu Rini. Sedangkan Rini tentu saja makin jengkel.
Minggu selanjutnya Bagus tetap apel, Rini masih canggung dan malas-malasan. Sampai suatu ketika entah di minggu yang ke berapa Rini mulai bisa ngobrol dengan Bagus. Mungkin hari itu mood Rini sedang baik.
” Gus, kamu ini ngapain sih kesini terus? Bukannya sudah jelas jelas aku menolak cintamu? ” Kata Rini berterus terang. Bagus bingung mau menjawab apa. Akhirnya dengan polos dia jawab:
” Rin, kamu kan tau kalau aku suka dengan kamu. Kalau aku kesini ya karena aku kangen dengan kamu. Masalah kamu nggak suka dengan aku, itu hakmu. Kalau kamu nggak suka aku kesini ya tinggal bilang saja aku pasti pergi ” Kata Bagus..
” Tapi nyatanya kamu datang terus, biarpun aku menghindar ” Kata Rini
” Habisnya aku kangen terus sih..” Kata Bagus. Entah kenapa Rini saat itu tertawa, dia memandang Bagus bukan lagi seorang asing yang perlu dihindari. Rini menyadari Bagus bukanlah orang yang membahayakn dirinya atau egonya.
Mulai peristiwa itu Rini makin biasa dengan Bagus. Terkadang Rini terkesan memanfaatkan Bagus. Bagus yang selalu available, Bagus yang bisa jadi teman curhatnya ketika jengkel dengan pacarnya, Bagus yang bisa dia suruh-suruh untuk kepentingan pribadinya. Rini merasa batas antara dia dan Bagus sangat jelas, bahwa dia nggak suka dengan Bagus, biarpun Bagus suka dengan dia. Rini cukup nyaman dengan itu. Kedekatannya dengan Bagus ternyata telah menjadikan sebuah ketergantungan. Rini terkadang nggak bisa apa-apa kalau Bagus tidak ada. Rini terlalu mengandalkan Bagus, karena memang Bagus selalu available dan bisa diandalkan untuk Rini. Sampai suatu saat…
.. Malam itu Bagus habis mengantarkan Rini dari tempat temannya dan berbelanja di Malioboro Yogja. Tiba tiba motor tua yang dikendarai Bagus dan Rini berhenti diatas sebuah jembatan layang. Rini sedikit kaget. Dia bertanya:
” Ada apa Gus? Motormu mogok lagi?” tanya Rini
“… Rin, aku mau bilang sesuatu pada kamu.. ” Kata Bagus.
” Kenapa dimarahi kakak lagi ?” Rini meledek Bagus.
” Begini… aku pingin kamu dengerin aku.. ” Bagus terbata
“…..” Rini sedikit risau
” Aku mau bilang sesuatu untuk terakhir kali.. Kalau kamu tahu apa yang aku rasakan selama ini, aku ini sangat capek memendam ini semua. Ketika aku harus mendengarkan keluhanmu tentang pacarmu, ketika aku harus mengantarkanmu untuk bertemu pacarmu, ketika aku harus membelikan oleh-oleh untuk pacarmu.. sebenarnya hatiku sangat pedih. Setebal-tebalnya mukaku aku masih punya perasaan. Aku nggak bisa lagi melakukan ini semua dengan beban seperti ini. Aku mau bilang sekali lagi sama kamu, kalau aku mencintaimu.. aku ingin kamu jadi pacarku. Namun jika kamu tidak bersedia aku tidak apa-apa. Mungkin sudah jadi rejekiku. Aku nggak akan mengganggu kamu lagi selamanya…” Kata Bagus dengan nada sangat rendah.
Mendengar perkataan Bagus, seketika Rini menangis. Dia nggak bisa berkata kata apapun. Dia minta waktu beberapa hari. Baguspun kemudian mengiyakan.
Stetlah beberapa hari Bagus diminta menemui Rini. Kali ini sore hari sehabis kuliah Rini. Di sebuah meja warung makan, Rini bercerita bahwa di barusaja memutus hubungan dengan pacarnya. Ternyata mereka jarang banget bertemu. Ternyata Rini menyadari bahwa selama ini apa yang dia butuhkan dari seorang kekasih ada pada diri Bagus. Ternyata dia menyadari telah berbuat sewenang2 terhadap Bagus. Dan mulai detik itu Bagus mempunyai seorang kekasih yang sangat cantik. Bahkan tercantik dintara cewek-cewek kami..

Perjuangan Cinta Seorang Istri Sejati (Kisah Nyata)

Buat kalian para Suami, para Istri maupun para calon suami istri, perlu kalian tau bahwa ini adalah satu kisah ‘tragis’ dalam kehidupan berumah-tangga. Saya yakin kalian nanti pasti akan menyesal dan terpaksa membaca ulang dari awal jika melewatkan satu kalimat saja dalam kisah ini dan semoga kita bisa mendapat pelajaran dari kisah ini.

Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa, yang mana hiduplah disana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.

Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yang lalu.
Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yang dianggapnya tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat sedih dan duka yang mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan yang tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yang sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yang sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yang hadir. Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata nelangsa di pipinya. Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,
“Istriku, saat kamu pergi nanti… ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yang kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!”
Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yang masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yang dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yang masih sangat ia cintai, sosok yang selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,
“Ada dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan…”
Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
“Suamiku… ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yang berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!”
Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
“Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun…”
Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya.

Tahukah kalian, apa yang dapat kita pelajari dari kisah di atas?
Kalau menurut Kang Sugeng sih begini, tujuan utama dari sebuah pernikahan itu bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, meski diakui mendapatkan buah hati itu adalah dambaan setiap pasangan suami istri, tapi sebenarnya masih banyak hal-hal lain anyg juga perlu diselami dalam hidup berumah-tangga.
Untuk itu rasanya kita perlu menyegarkan kembali tujuan kita dalam menikah yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yang kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.
“Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yang dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yang terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!”

Cerpen Sedih Tentang Cinta - Good Bye

Setya adalah seorang anak SMA yg suka main game, dan dia menghabiskan waktunya untuk bermain game Lostsaga selama 6 jam perhari, dan hingga suatu saat dia ketemu ama cewe namanya Arin di game tersebut waktu demi waktu dan akhirnya mereka janjian untuk bertemu, Arin tinggal di Bandung sedangkan Setya tinggal di Jakarta, Arin sebenernya sudah ada cowo juga di Bandung, tetapi si Setya ga tau soalnya dirahasiain.. hingga pada suatu saat,
“Rin aku mo ke Bandung di liburan ini, tapi kapannya masih ga pasti, alamat rumahmu masih sama kan?”
“iya, tapi tolong kalo bisa kasih tau yah, soalnya biar aku bisa jemput kamu atau bisa nyambut kamu dulu… “ Jawab Arin
“ah seruan surprise lah, ya uda nanti aku hubungi lagi.. “
Dan akhirnya liburan pun tiba, setya dengan semangat 45 pergi ke Bandung dengan motornya, dan kerumahnya Arin pas hari itu hari Sabtu, saat tiba disana, dia melihat mobil sedan yg lumayan bagus parkir didepan rumahnya Arin, dia gak jadi mampir dulu, tapi muter lagi ke Bandung buat beli setangkai bunga mawar…
Setelah beli dan sampai dirumahnya Arin lagi, ternyata mobil itu masih parkir didepan rumahnya, dia pikir “ah, temen ortunya kali… cuek ah gw dah kangen”
dan pas Setya masuk dihalaman, terlihat Arin dengan seorang cowo sedang bercanda mesra… saat melihat itu tangan setya yg baru bawa bunga bergetar… tubuhnya serasa berhenti berjalan… dan tiba-tiba Arin melihat kearah halaman.. dan dia juga kaget, Setya menarik nafas panjang… dan dia langkahkan mendekati berenda tamu depan rumah Arin, dengan modal senyum…
“Sore rin, maaf mengganggu, tapi aku bawa bunga untukmu… surprise….”
“ …….” Arin diam saja..
“Heiii kamu sapa hah? kasih kasih bunga ama cw gw? senyum2 lagi… mo gw tonjok lo?”
“Ow ini cowomu ya? ~senyum~
“rez kenalin ini setya temenku maen game”
“oww temen game LostSaga itu ya? gitu aja ngasih2 bunga, jangan ngarap lu”
“Maaf, ……….. ~senyum~ klo gitu aku pulang dulu ya rin…”
Hati Setya langsung terpuruk habis…. dan dia balik ke Jakarta dengan perasan yg benar-benar gak menentu, dan ditengah jalan Arin menelpon, tapi Setya gak mau angkat hingga akhirnya pas Setya dirumah, Arin telp lagi lewat hpnya, dan Setya pun angkat
“Maafin Arin ya gak cerita, tadi cowoku, tapi aku ga begitu suka dia, soalnya dia keras, cuma aku sama kamu……. aku kenal dia duluan, tapi bukan berarti aku ingin menyakitimu dengan gak kasih tau, justru aku takut menyakitimu… aku gak ingin kehilangan kmu… selama hidupku cuma kamu yg selalu tersenyum manis dan tulus buat ku”
“… Apakah kamu sayang aku?”
“Iyah....”
akhirnya mereka balikan lagi, dan Setya cuek aja mau Arin suka ama cowo itu apa ga yg jelas dia gak ke Bandung lagi.. hingga suatu hari Setya di call gak pernah jawab.. hpnya mati, dan Arin mencari di game Lostsaga gak ketemu-ketemu, akhirnya dia menerima telp penting dari temenya setya.
“Arin kamu bisa ke Jakarta ga?”
“Wah aku baru test semesteran nih”
“Penting, si Setya di RS, dia meminta kamu dateng ke sini, kalo perlu aku jemput, Setya sakit dan udah 5 hari ini dirawat di ICU sini, aku telpon karena disuruh sama keluarga Setya, katanya “Setya menunggu seseorang bernama Arin kamu tau ga dia sapa?” … trus aku jawab, ya om saya tau nanti coba saya telp dia, saya ajak dia kesini”
“hahhhhh, Setya knapa? ada apa?
“Gak tau, aku juga tau baru aja kok, aku kesana ya!”
“Gak usah! Alamat dan nama RS-nya apa? aku langsung kesana sekarang juga”
Dan saat itu juga Arin meninggalkan sekolah dan ke Jakarta dengan naik taksi dia ambil duit tabunganya buat bayar taksi 1 jam kemudian sebelum Arin tiba di Jakarta, tiba-tiba Bapaknya Arin telp.
“Rin kamu dimana?”
“Temenku ada yg masuk di ICU pah..”
“Temenmu? nanti sore kan bisa, papa antar juga bisa?”
“Aku dah dari tadi pagi ada perasaan ga enak dan saat denger kabar ini, aku langsung ke pergi”
“Ya uda RS apa? …………. hah??? itu kan di Jakarta? kamu kesana naik apa? papa kesana juga sekarang… kamu itu rin, sapa sih temenmu sampai kamu belain gini?
“Dia satu-satunya temen yg selalu bikin Arin tersenyum… temen special…, dan yg mengajari biar Arin selalu tersenyum, hingga papa dan mama juga suka kalo liat Arin tersenyum, uda yah pa aku tutup.. low bat”
Sampai di RS, Arin langsung mencari ruang ICU, dan ternyata gak ada Setya, dia sudah dipindahkan ke kamar biasa… “sukur Tuhan dia dah ga di ICU lagi, terimakasih Tuhan”
[slama perjalanan ke Jakarta Arin terus menerus berdoa untuknya]Dan saat kamarnya ditemukan, tampak beberapa orang berkumpul didepan kamarnya Setya, dan temanya Arin menyambut
“Masuk rin, dah ditunggu Setya”
Terlihat saat memasuki kamar itu, banyak yg sedang meneteskan air mata, wajah2 penuh kesedihan terlihat di muka keluarga Setya dan teman-temannya.
“hai Setya…”
“maaf aku meminta kamu datang tiba-tiba” ~seyum~
“ga papa kok, kamu kok ga cerita sih kamu sakit apa?”
“cuma sakit biasa aja, aku ga cerita cuma gak ingin kamu khawatir.. kan baru semesteran khan?” ~senyum~
“ih kamu cerita ga akan bikin aku khawatir kok..” [sambil cubit]
“terus kabarmu gimana sekarang ? tadi kesini naik apa? eh kok kmaren aku liat dompetmu gak ada fotoku sih?”
“dasarrrrrrr dompet gw di intip-intip……..”
Lalu mereka berdua ngobrol 1 jam, ngobrol hal2 yg biasa2 aja
Hingga akhirnya
“rin, aku ingin kamu tau kalo aku sayang kamu, dan bahagia banget bisa kenal dan tau klo ternyata kamu sayang aku”
“kamu ngomong apaan sih… sapa yg sayang kamu ueee”
“pah… mah.. kak…”
Bokap dan kakaknya Setya berdiri mendekat, masih dengan wajah yang penuh sedih
“rin tolong dunk kamu duduk di deketku, dan sangga kepalaku yah, moh pake bantal…”
“eh.. malu Setya… tapi ga papa cuma bentar aja kan?”
“iya… mo ngomong ama papa dan mama dan kakaku dan kamu juga”
“kamu knapa sih? jadi manja gini?”
“pah.. mah kakak……. klo aku pergi, jangan tangisi aku… karena ini adalah hari terbahagiaku selama aku hidup, bisa bersama dengan orang-orang yg sangat aku cintai, dan bisa berkumpul dengan kalian yg begitu menyayangi aku juga… dan karena ada Arin … karena dia.. aku sangat bahagia juga ma…”
“Setya…… [meneteskan air mata] kamu knapa? kok ngomong aneh?” [arin menggenggam tangan setya erat2]
: “memang aku baru manja nih, boleh minta kecup didahiku ga rin?”
“… iya
Arin mengecup dahinya pelan2 dan saat dia mengecup Setya berkata dengan lirih…”
“Arin… aku ingin bilang aku sayang kamu dan terimakasih kamu bisa datang dan membuat hari ini adalah hari yg paling bahagia untuku.. dan ingat aku akan selalu ada dihatimu.. karena aku sayang sama kamu…”
…. …. …
Pelan-pelan tubuh setya mulai melemas.. dan matanya menutup perlahan… dan dia.. tersenyum
“Aku.. sayang….. k a m u…. rin” ~seyum~…………………………
“… aku juga sayang kamu….”
Arin memeluk tubuh Setya dan Setya menghembuskan nafas terakhirnya
“S e t y a….” [ucapnya lirih]
Setya meninggal dalam pelukan kekasihnya, Setya pergi dengan meninggalkan wajah penuh kedamaian dan tersenyum, semua orang di kamar itu gak bisa menangis tersedu-sedu.. bahkan mama dan papanya setya hanya diam dan berlinangan air mata..
Setya telah pergi dengan bahagia… bagai mana bisa bersedih bila Setya merasa ini hari paling bahagia untuknya
Lalu mamanya Setya memelukArin dan bercerita kalau Setya kena kangker pankreas stadium akhir, dan sudah mengidap selama 1 tahun… seharusnya menurut dokter dia masih bisa bertahan hingga 6 bulan lagi.. tapi kemaren tiba-tiba Setya minta dipindahkan dikamar biasa aja.. dan menunggu Arin… dia ingin habiskan waktu-waktu terakhirnya dengan orang2 yg dia cintai….
Paginya, saat pemakaman Setya, tampak wajah-wajah yg bahagia bukan kesedihan… karena mereka semua mengerti, kata-kata terakhir yg Setya ucapkan benar, Setya pergi dengan sangat bahagia dan tak ada alasan apapun untuk bersedih karena kepergianya… dan saat melihat isi peti mati terlihat wajah Setya yg damai dan tersenyum..
Dan sorenya saat Mamanya Setya mempersilahkan Arin untuk mengambil barang-barang Setya apapun yg bisa dia jadikan kenangan… Arin menemukan sepucuk note, yg tertulis :
“Tuhan terimakasih kamu sudah menemukanku dengan seorang bidadari bernama Arin, aku belum pasti apakah dia mencintaiku apa ga, dia gak pernah menyimpan foto2ku, tapi yg jelas aku amat sangat menyayanginya… dan walaupun kami terpisah kota dan sepertinya dia juga mempunyai seseorang disana, tapu aku tetap tulus menyayanginya dan aku yakin didalam hatinya dia juga menyayangiku… aku bisa merasakanya Tuhan… aku akan selalu tersenyum untuknya… selamanya hingga saat terakhirku pun aku pasti akan tetap tersenyum untuknya… aku gak berharap agar Tuhan menyembuhkan penyakitku… asal aku bisa melihat senyumanya Arin, dan tau klo dia juga benar2 menyayangiku.. aku kira itu cukup bagiku… aku hidup untuk mencari kebahagian… dan aku sudah menemukan kebahagianku dalam Arin… bidadariku… terimakasih untuk semuanya Tuhan”
Lalu arin tersenyum dengan meneteskan air mata… tanganya bergetar saat membaca note tersebut…
“Setya… aku sayang kamu… sejak kita bertemu dan kenalan dan pertama kali melihat senyumu aku jatuh cinta padamu.. hanya saja aku gak mau mengakuinya… dasar kamu bodoh… dompetku gak akan ada fotomu karena aku selalu terbayang wajahmu yg sangat lugu dengan senyumanmu itu… hanya senyumu yg bisa menghangatkan hari-hariku… senyummu setya… senyumu sudah hidup dalam hatiku untuk slamanya…”
Lalu Arin hanya terdiam dan menangis berjam-jam dikamar Setya
2 bulan kemudian>
Arin berdiri di depan makam setya lalu dia pun berlutut dan berkata
Arin : “ini setangkai mawar untukmu sayang… dan senyum dari kita semua
aku sayang kamu… slamanya” ~senyum~ Dulu kamu yang membuat ku tersenyum sekarang aku akan brusaha untuk tersenyum!”
tak lama kemudian hujan pun turun arin pun bergegas meningal kan pemakaman sebelum dia keluar dari areal pemakaman di lihat nya makam Setya! antara sadar dan tidak sadar di lihat nya bayangan setya tersenyum ke pada nya
“Tersenyum lah untuk ku dan untuk semua orang! hanya senyum mu yang bisa membuat ku tenang di alam sana slamat tingal priest ku sayang Arin.”
lalu bayangan Setya pun menghilang
Arin hanya menangis dan berkata
“Good bye my lovely Wiz!”

Bagaimana sahabat aneka remaja dengan kisah  Cerpen Sedih Tentang Cinta - Good Bye moga kalian suka dengan kisah cinta yang satu ini silakan di coment ya

Kisah Cinta Sepasang Kekasih Serasi Yang Mengharukan



Andre dan Sherly adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga Sherly berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Andre hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Andre sangat mencintai Sherly. Andre telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Sherly dan Sherly kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Andre telah menuliskan harapannya kepada Sherly. Banyak sekali harapan yang telah Andre ungkapkan kepada Sherly. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Sherly dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Sherly.

Suatu hari Andre melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Andre berkata kepada Sherly:

“Sherly, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar Andre berkata demikian, menangislah Sherly. Ia berkata kepada Andre:

“Ndre, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!”

Saat mendengar itu Andre pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Sherly. Ia mengatai Sherly matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Dan Akhirnya Andre meninggalkan Sherly menangis seorang diri.

Andre mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Sherly dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Andre menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Andre, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Andre pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Andre pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Sherly.

Andre mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Andre membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Sherly.

Andre sangat terkejut ketika didapati orang tua Sherly memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Sherly dalam makam itu. Andre pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Sherly untuk menemui orang tua Sherly.

Orang tua Sherly pun berkata kepada Andre:

”Ndre, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Sherly yang terkena kanker rahim ganas. Sherly menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.”

Orang tua Sherly menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Andre.

Andre membaca surat itu.

“Ndre, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputus-asaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Ndre, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Ndree……….. “

Setelah membaca surat itu, menangislah Andre. Ia telah berprasangka terhadap Sherly begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Sherly teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Sherly kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Sherly mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Sherly sebagai orang matre tak berperasan. Sherly telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Sungguh sangat mengharukan. Sebuah Cerita Sedih yang amat sangat menyentuh hati. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dibalik Kisah Cinta Andre dan Sherly tersebut

”Bolehkah Aku Membeli Waktu Papa 1 jam saja ?” Kisah Sedih Mengharukan



Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul 21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya dirumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama.”Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.

Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.”Aku menunggu Papa pulang , karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?””Lho,tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta uang lagi ya?””Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…””Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.

Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.”jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!””Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!” tapi sang anak tidak mau beranjak.”Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?””Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur…””Tapi papa…””Sudah, sekarang tidur…” suara sang Ayah mulai meninggi.Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.

Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang-terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata”Maafin Papa ya! kenapa kamu minta uang malam-malam begini..besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?….””Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.””Iya..iya..tapi buat apa??” Tanya sang Papa.”

Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 10.000. tapi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa…”Sang Papa cuma terdiam.

Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangisMendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis.. ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..”Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.”Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa bekerja keras…maafkan Papa anakku…” kata sang Papa ditengah suara tangisnya. Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papa…

"Ibu Buta MemalukanKu" Kisah Sedih Mengharukan


Saat aku beranjak dewasa, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, aku malu mempunyai seorang ibu yang BUTA! Matanya tidak ada satu. Aku sangat malu, benar-benar




Aku sangat menginginkan kesempurnaan terletak padaku, tak ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Saat itu ayah yang menjadi tulang punggung kami sudah dipanggil terlebih dahulu oleh yang Maha Kuasa. Tinggallah aku anak semata wayang yang seharusnya menjadi tulang punggung pengganti ayah. Tapi semua itu tak kuhiraukan. Aku hanya mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja. Sedang ibu bekerja membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit sederhana.

Pada suatu saat ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuatku kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, Kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah. Bajunya pun bersahaja rapih dan sopan. Itulah ibu ku yang mempunyai mata satu. Dan yang selalu membuat aku malu dan yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku. “Mau ngapain ibu ke sini? Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku!” Bentakkan dariku membuat diri ibuku segera bergegas pergi. Dan itulah memang yang kuharapkan. Ibu pun
bergegas keluar dari sekolahku. Karena kehadiranya itu aku benar-benar malu, sangat malu. Sampai beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya???, Ibumu matanya satu ya?” yang menjadikanku bagai disambar petir mendapat pertanyaan seperti itu.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang ku incar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu. Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku. Seorang yang selalu mnghalangi kemajuanku.

Di Selolah itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. Aku telah sukses dan kemudian aku menikah dengan seorang gadis Indonesia dan menetap di Singapura.

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses, sangat sukses. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

10 tahun aku menetap di Singapura, belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupan ku sekarang.

Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Ibuku datang ke Singapura. Entah untuk apa dan dari mana dia memperoleh ongkosnya. Dia datang menemuiku.

Seketika saja Ibuku ku usir. Dengan enteng aku mengatakan: “HEY, PERGILAH KAU PENGEMIS. KAU MEMBUAT ANAKKU TAKUT!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum, “MAAF, SAYA SALAH ALAMAT”

Tanpa merasa besalah, aku masuk ke dalam rumah.

Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA ku. Aku pun datang untuk menghadirinya dan beralasan pada istriku bahwa aku akan dinas ke luar negeri.

Singkat cerita, tibalah aku di kota kelahiranku. Tak lama hanya ingin menghadiri pesta reuni dan sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. Berhasil aku membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini.

Selesai Reuni entah megapa aku ingin melihat keadaan rumahku sebelum pulang ke Sigapore. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ku lihat rumah ini begitu berantakan. Aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana, tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.

Bergegas aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku. “Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang lalu”

“OH…”

Hanya perkataan itu yang bisa keluar dari mulutku. Sedikit pun tak ada rasa sedih di hatiku yang kurasakan saat mendengar ibuku telah meninggal. “Ini, sebelum meninggal, Ibumu memberikan surat ini untukmu”

Setelah menyerahkan surat ia segera bergegas pergi. Ku buka lembar surat yang sudah kucal itu.

Untuk anakku yang sangat Aku cintai,
Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku. Tapi Ibu senang sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni disekolahmu.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. karena aku yakin kau akan datang ke acara Reuni tersebut.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu satu-satunya yang ibu punya.Ibu tak pernah lupa untuk mendoakan kebahagiaanmu, agar kau bisa sukses dan melihat dunia luas.
Asal kau tau saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.
Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayah mu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan.
Dan akupun sangat bahagia bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.
Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena aku yakin maut sudah di depan mataku.
Peluk cium dari Ibumu tercinta

Bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku, Aku terdiam! Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri....

"Aku Sungguh Menyesal SuamiKu" Kisah Sedih Mengharukan


Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

-------------------------------------------------------------------<
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
 Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
-------------------------------------------------------------------<


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

"Pertengkaran IBu Dan Anak" Kisah Sedih Mengharukan


Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.

Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu

“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Adaapa nona?” Tanya si pemilik kedai.

“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,…

ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”

“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata

“Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.

“Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Kisah Sedih Mengharukan Seorang Ibu dan Anak

Seorang gadis kecil yang divonis menderita penyakit langka hingga membuatnya tak mampu berbicara sepatah kata pun akhirnya bisa mengatakan ‘aku cinta padamu’ kepada ibunya.
Francesca Adam-Smith baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-10 minggu ini. Selama 10 tahun, ia telah menghabiskan hidupnya untuk mencoba berkomunikasi dengan ibunya, Rachel namun selama itu ia hanya bisa mengeluarkan suara-suara yang tak ada maknanya.
Kondisi yang dialami Francesca terbilang sangat rumit dan diklaim sebagai satu-satunya kasus di Inggris. Kondisi ini mempengaruhi pergerakan dan kemampuan koordinasinya, termasuk membuatnya ‘bisu’.

Pesan Sponsor
Setelah terlahir prematur karena sang ibu harus melahirkannya dalam kondisi gagal jantung, Fransesca telah divonis mengidap pneumonia, septicemia, gagal ginjal, tekanan darah tinggi dan harus menjalani sejumlah operasi pada perut, pinggul, telinga, hidung dan tenggorokannya sejak pertama kali membuka matanya.
Menurut dokter, kondisi yang dialami Fransesca bersifat genetis dan disebabkan oleh kerusakan kromosom 16 tapi meski para dokter tak mengetahui adanya kasus serupa di Inggris, mereka percaya nantinya Fransesca bisa berbicara jika diberikan bantuan yang tepat.
Sebuah sekolah khusus pun mengklaim bisa membuat Fransesca berbicara hanya dalam kurun waktu setahun saja. Sayangnya SPP sekolah itu sangat tinggi yaitu berkisar 60.000 poundsterling atau sekitar Rp 923 juta. Kendati pemerintah setempat memahami kebutuhan pendidikan Fransesca, tapi nyatanya permohonan bantuan dana yang diajukan Rachel ditolak.
Steve Walker dari Leeds City Council yang memutuskan untuk menolak pengajuan dana pendidikan Fransesca mengatakan, “Sayang sekali dana kami sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan seluruh siswa dengan kebutuhan khusus, meski kami mengakui St. Mary adalah sekolah yang dibutuhkan oleh Fransesca”.
Rachel mengaku sangat terpuruk dengan keputusan itu. Tak mau tinggal diam, ia pun meluncurkan program penggalangan dana agar putrinya bisa masuk ke St. Mary sementara ia mengajukan upaya banding pada Leeds City Council.
“Fransesca mati-matian untuk belajar bicara dan seringkali merasa frustasi hingga menangis ketika ia tak kunjung bisa melakukannya,” kata Rachel di rumahnya di Wetherby, West Yorkshire, Inggris seperti dilansir dari dailymail, Rabu (12/9/2012).
“Ia anak kecil yang menawan tapi jiwanya seakan terkunci di dalam tubuhnya. Saya merasa hancur ketika tahu ia tak memperoleh kesempatan untuk meraih potensinya. Padahal ketika saya tahu ia mampu berkata bahwa ia mencintai saya, saya tahu ada banyak hal lain yang ingin dikatakannya kepada saya,” tuturnya.
Demi mengurus putri semata wayangnya itu, Rachel pun telah mengakhiri karirnya sebagai kru kabin British Airways.
“Saya tidak kaya dan saya tidak tahu harus kemana. Dokter mengatakan kepada saya bahwa kami harus segera bertindak jika ingin memberinya peluang tapi proses banding tentu akan memakan waktu berbulan-bulan. Lain halnya jika saya bisa menggalang cukup dana untuk memberinya kesempatan setahun saja di sekolah itu maka upaya ini akan memberikan perbedaan yang luar biasa,” terangnya.
Fransesca sendiri tercatat sebagai siswa di sekolah setempat, Deighton Gates Primary School di Wetherby dan hanya menerima terapi bicara selama 30 menit per minggunya dari NHS. Jika nantinya ia terdaftar sebagai siswa St. Mary di Sussex itu maka ia akan menerima pelatihan bicara setiap hari, begitu juga dengan terapi lainnya.
“Kesenjangan antara keinginan Fransesca untuk berkomunikasi dengan pemahaman bahasa dan kemampuannya untuk mengekspresikan apa yang ia ketahui harus segera ditanggulangi,” ungkap salah seorang jubir St. Mary yang mengaku sangat yakin mampu membantu Fransesca.

cerita sedih tentang ibu

Cerita Sedih Tentang Ibu. Pada pertemuan kali ini saya akan berbagi cerita sedih tentang ibu. Cerita sedih ini bukanlan kisah yang saya alami sendiri namun cerita sedih ini saya ambil dari forum sebelah, cerita ini benar-benar sedih bahkan saya sampai meneteskan air mata :( :( :( . Pernahkan anda mendengar bahwa surga itu di telapak kaki ibu? Semoga anda dapat menggambil hikmah dari sebuar cerita berikut ini.
Cerita berikut ini menceritakan seorang ibu yang sedang berkunjung di tempat anak nya dan ia mengajak anak nya untuk membeli baju muslim yang ingin ia kenakan dan untuk lebih lanjut lagi berikut ini adalah awal dari sebuah cerita.
Ketika ibu saya berkunjung, ibu mengajak saya untuk shopping bersamanya kerana dia menginginkan sepasang kurung yg baru. Saya  sebenarnya tidak suka pergi membeli belah bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami pergi juga ke pusat membeli belah tersebut.
Kami mengunjungi setiap butik yang menyediakan pakaian wanita, dan ibu saya mencuba sehelai demi sehelai pakaian dan mengembalikan semuanya. Seiring hari yang berlalu, saya mulai penat dan kelihatan jelas riak2 kecewa di wajah ibu. Akhirnya pada butik terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencuba satu baju kurung yang cantik . Dan kerna ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam fitting room, saya melihat bagaimana ibu mencuba pakaian tersebut, dan dengan susah mencuba untuk mengenakannya. Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya, seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya. Saya berbalik pergi dan cuba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sedari. Setelah saya mendapatkan ketenangan  lagi, saya kembali masuk ke fitting room untuk membantu ibu mengenakan pakaiannya.
Pakaian ini begitu indah, dan ibu membelinya. Shopping kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat kulupakan dari ingatan . Sepanjang sisa hari itu, fikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam fitting room tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengenakan pakaiannya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya,  sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling berbekas dalam hati saya. Kemudian pada malam harinya saya pergi ke kamar ibu saya mengambil tangannya, lantas menciumnya … dan yang membuatnya terkejut, saya memberitahunya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini. Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan sejelasnya, betapa bernilai dan berrharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.
Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri. Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu…
Bagaimana sobat dengan cerita sedih tentang ibu di atas? Apakah menurut anda cerita di atas dapat membuat anda untuk meneteskan air mata :( :( :( . Semoga cerita di atas dapat anda ambil hikmah nya. Sekian dan terima kasih.

Ayah, Mama ku kemana? (kisah dari 2 orang anak yang mengharukan)

Kenalkan nama ku adalah Haikal(samaran), aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku bernama juan(samaran) perbedaan usia kami 3 tahun, sejak aku lahir aku tinggal bersama mama dan nenekku tercinta, aku tumbuh besar bersama adikku ketika itu usiaku telah menginjak 5 tahun, sejak lahir aku belum pernah sekali pun melihat sosok ayahku seperti apa wajahnya, terkadang aku iri kepada teman-teman ku ketika mereka berada didekapan ayahnya, aku sering bertanya kepada mama “ mama, ayah dimana si, ko ga pulang-pulang aku kan mau lihat ayah?” namun mama selalu menjawab “ ayah lagi kerja ditempat yang jauh, kamu berdoa aja semoga ayah cepet pulang ya sayang “ aku hanya diam dan dengan polos aku melanjutkan bermain bersama adikku.
Hari demi hari ku lewati bersama juan dan mama tanpa seorang ayah, memang berbeda rasanya seperti ada yang kurang, namun ku tetap bersabar dan percaya suatu saat ayah pasti pulang..

Setahun berlalu usiaku 6 tahun dan adikku 3 tahun saat itu adikku mulai bisa berjalan dan berbicara walaupun ucapan nya masih kurang jelas, sama seperti anak lainnya adikku sering sekali menangis dan sangat manja ia butuh perhatian lebih dari orang tua terutama mama, namun entah kenapa saat-saat itu terjadi, hal yang sangat kami berdua tidak inginkan, kala itu mama tiba-tiba pergi meninggalkan kami dan nenek bertiga tanpa sepengetahuan kami, aku dan adikku menangis semalaman karena menganggap mama hilang karena mama ga pulang dari pagi, aku menangis sembil menyebut-nyebut nama mama aku berteriak namun hanya sia-sia. Sehari,seminggu,sebulan,tiga bulan berlalu aku masih belum melihat mama,

aku pun selalu bertanya kepada nenek “ mama dimana si nek.” tidak beda dengan peerkataan mama saat ku menanyakan keberadaan ayah, nenek pun selalu menjawab “ mama lagi ke kampung jauh nginap lama, kamu berdoa saja semoga mama sehat dan cepet pulang ya sayang”

setiap malam aku selalu memikirkan sosok mamaku yang kusayangi, mama,... aku dan juan kangen mama, mama kemana....?ko mama lama sekali kekampungnya.....? Kenapa mama ga pulang-pulang...., mama pulang..., haikal kangen mama, haikal sayang mama, juan nangis terus ma... kasian nenek. ku slalu berdoa agar mama pulang kerumah.

Hari berganti tahun saat itu perayaan hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari, aku bertanya lagi kepada nenek tentang keberadaan mama namun nenek bilang “ ia, kamu berdoa saja sama Allah ya nak semoga pas lebaran kita ketemu mama,..”

sungguh saat itu walau aku masih anak-anak namun hati ini tetap merasa hidup ini tidak adil, seorang anak kecil ditinggal mama dan ayah,. Aku selalu menangis ketika melihat foto kami bertiga, yang ku simpan selalu di bawah bantal.

akhirnya lebaran pun tiba, banyak kue-kue yang lezat di atas meja, teman-temanku memakai baju baru dan mereka pergi bersama mama, ayahnya bersalam-salaman, namun berbeda dengan aku, aku hanya hanya mengenakan baju lama, karena aku tidak mau baju selain pemberian mama, aku duduk dan melamunkan mama dan ayahku, aku menunggu apakah doaku akan terkabul?berharap mama akan pulang hari ini namun hingga siang pun mama belum juga datang. Aku sangat sedih dihari itu. Walaupun banyak orang-orang datang kerumah dan memberiku uang banyak. Aku tetap ingin mama dan ayah yang datang dan memberiku hadiah saat lebaran tersebut. Namun kenyataan nya hanyalah sia-sia..

Beberapa tahun berlalu Aku kini telah beranjak besar dan bersekolah kelas 5 SD

Aku kembali teringat sosok mama ketika aku mendapat hukuman oleh ibu guru karena mencontek saat ulangan dan nilai-nilaiku sangat kurang aku diwajibkan memanggil orang tuaku untuk menghadap ke ibu guru.

Ketika aku selesai solat isya aku memikirkan mama, mama kemana? kenapa mama ga pulang-pulang ??...., mama aku butuh mama, aku dihukum ma...., mama belain aku., mama sayang aku dan juan kan?
Tapi kenapa mama pergi?... sambil menangis ku membayangkan sosok mama yang sangat menyayangi kami,

Aku memikirkan Ayah ku sosok yang sangat ku rindukan aku memikirkan seperti apa wajah ayah, aku ingin sekali melihat ayah, dipeluk, di belikan mainan seperti anak yang lain, “ ayah aku sayang ayah, ayah pulang kami sendiri disini, ya Allah ayah ku dimana, ya Allah aku ingin sekeli melihat ayahku ya Allah, ya Allah kenapa mama dan ayahku pergi ?...apa mereka ga sayang haikal dan juan? Ya Allah kembalikan ayah dan mama seperti dulu lagi ya Allah haikal dan juan kangen mama,ayah. Haikal dan juan.

Dan saat aku berumur 14 tahun saat itu aku SMP kelas 2 semuanya mulai terungkap, mungkin bagi mereka saat itu aku masih kanak-kanak sehinggga aku percaya apa yang dikatakan mama dan nenek, namun ternyata semua itu berbeda, kini aku telah beranjak remaja hatiku mulai peka dengan keadaan sekitarku , aku mulai mengetahui kemana sebenarnya mama dan ayah selama ini, aku mendapat kabar bahwa mama sebenarnya pergi karena membawa uang milik nenek sebesar 8 juta, padahal katanya mama mendapat uang dari ayah sebesar 5 juta perbulan. Dan kabarnya ternyata aku hanyalah anak hasil diluar nikah dari mama ayahku, ayahku demi menjaga rahasia ia pergi ke makasar tempat tingggalnya dan menikah dengan orang lain namun ayah tetap menafkahi mama, dan aku mendapat kabar bahwa mama ternyata hanya menjadi bahan pengeretan pacarnya yang beda agama dan kini mama berpindah agama, dan setelah ayah mengetahui kabar mama pindah agama, akhirnya ayah dan mama bercerai saat aku berumur 12 tahun yang lalu. Betapa perihnya aku mendapat kabar seburuk itu, seperti di cabik-cabik rasanya hati ini. Ingin sekali aku pergi selama-lamanya dari masalah ini aku tidak kuat melihaat kenyataan ini.

“ Mengapa nenek tidak memberitahu semuanya kepadaku, mengapa? ?? mengapa semua ini terjadi kepadaku, berhari-hari ku memikirkan kabar itu, aku masih tidak percaya dengan hidup yang ku jalani ini, mama ayah, pulang..... dan jelaskan bahwa semua itu tidak benar....,” mama ayah.. berkali-kali menyebut nama mama ayah sambil menangis, hinggga akhirnya aku tertidur, kursakan suasana sangat terang, aku melihat juan sedang berdiri bersama nenek, mama dan seorang pria yang tidak ku kenal melambaikan tangan memanggilku “sini Haikal... ini ayah nak....”, ternyata itu adalah ayah, seketika ku berlari menghampirinya dan memeluk erat sambil menangis ku berkata “ayah,.... ayah aku kangen ayah... kenapa ayah tidak pernah pulang, haikal kangen ayah,... haikal sayang ayah, ayah sayang haikal kan??...ayah jangan pergi lagi.., dan mama memelukku, dan akupun memeluk nya, mama haikal kangen mama, ... ”,mama kemana saja mah... mama gak boleh pergi lagi ya. Janji!!, akhirnya setelah sekian lama kami bertemu, terima kasih ya Allah, engkau telah menjawab doa kami , ,..

perasaan ku sangat bahagia, setelah 14 tahun berpisah, akhirnya kami bertemu,
tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata, senang,terharu,suka menjadi satu,
sekarang aku tidak iri lagi dengan teman-teman karena aku juga memiliki keluarga yang lengkap,.
Menyambut kedatangan ayah dan mama kami berkumpul disuatu taman yang sangat indah terdapat pohon-pohon buah dan sungai yang mengalir kami bersuka-ria disana,kami bermain, berlari-lari dengan juan adikku tercinta, aku pun mendorong juan ke sungai yang dangkal tersebut, , dan tiba-tiba aku pun diangkat ayah dan diceburkam kesungai bersama juan saat aku tercebur sentak!! aku terbangun,, ternyata aku terjatuh dari sofa,.. aku berlari mencari nenek, menanyakan kepada nenek, “ayah mama kemana nek?”dan nenek pun menjawab “kamu kenapa sayang, kamu mimpi ya, tadi nenek mau bangunin kamu tapi nenek ga tega cuci muka dulu sana,.” hah ternyata cuma mimpi, aku pun bercerita semuanya tentang mimpi indah tadi kepada nenek,...

Aku bersyukur karena aku bisa melihat sosok mama kembali dan ayah walaupun samar-samar hanya dalam mimpi,

Kini nenek yang selalu mendukungku disaat aku sedih, dan aku selalu bercerita semua yang aku rasakan kepada nenek.

Terimakasih nenek karena kau telah merawat ku hingga sekarang, kau adalah nenek terbaik yang ku miliki jangan pergi seperti mama dan ayah, aku sayang nenek ...

Dan adikku , kami sering merenung berdua tentang hal ini, namun kita hanya bisa berharap Allah menjawab doa kita. Terkadang kulihat adikku menangis sesaat selesai ibadah, mungkin ia merasakan sama seperti yang aku rasakan.

Dan aku selalu mengingat saat-saat bahagia bersama mama , saat mama memelukku dengan penuh kasih sayang,aku selalu ingat saat mama memarahiku karena aku bermain dijalan, aku selalu ingat saat mama membeli es krim dan kita makan bersama-sama dan keesokan harinya aku demam,aku selalu ingat saat mama mengkompres kepalaku saat aku sakit dan menjagaku semalaman,aku selalu ingat saat kita liburan ke Ancol bersama nenek dan juan, bahagianya bersama mama”

Hingga kini aku masih belum tau keberadaan mama dan ayah...,
Aku menulis cerita ini sesuai dengan kenyataan yang ada, aku hanya bisa berdoa
Semoga Ayah dan mama membaca cerita ini:
“ Ayah, Mama seberapa buruknya aku membutuhkan kasih sayang kalian, walaupun aku anak haram aku tidak akan menuntut kalian untuk menghalalkan aku. Seburuk apapun kalian adalah orang tuaku,aku tidak pernah malu memiliki orang tua seperti kalian, ayah mama, aku dan juan sayang ayah dan mama jangan tinggalin kami semua, aku hanya ingin kita BERKUMPUL bersama walaupun hanya 1 jam, aku kangen kalian, aku ingin memeluk mama dan ayah cuma itu yang haikal mau, sekarang haikal udah kuliah mah,ayah, haikal bakal berjuang sampai haikal mati haikal bakal terus mencari mama dan ayah.dan haikal janji! Haikal akan berusaha membuat kalian bangga memiliki anak seperti aku dan juan.”

Haikal dan juan sayang Mama dan Ayah selalu.

Inilah sepenggal kisah hidup yang kujalani, mungkin aku tak seberuntung kalian yang bisa merasakan kasih sayang orang tua, maka sayangilah mama ayahmu yang selalu disisimu dan selalu menjagamu dan buatlah mereka bangga karena hanya kalian harapan mereka.

Selesai

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari cerita di Atas..
Terima Kasih Terlah membaca ;')
seberat apapun masalahmu, masih ada orang lain yang yang memiliki masalah lebih berat darimu..

 

Blogger news

Blogroll

About

CERITA SEDIH © 2012 | Template By arif rahman