Ku
susuri jalan yang begitu panjang pagi ini. Kanan kiri tertutupi oleh
hijaunya rerumputan. Rindangnya pohon-pohon besar membuat suasana
menjadi sejuk. Sejuknya pagi ini mengalir melalui urat nadiku menembus
dalamnya hatiku. Tak ada sedikitpun rasa resah dalam hatiku dan
pikiranku. Itulah yang membuat mereka iri padaku. Mereka iri dengan
kondisi dan cinta murni yang terpancar melalui nada suaraku. Mereka itu
rerumputan hijau, mereka itu pepohonan yang tumbuh dikanan kiriku,
mereka itu embun yang masih terpancar di ujung daun, dan mereka- mereka
itu.
Perjalananku
dengannya menjadi indah. Ku tak canggung dengan sahabatku. Sahabat apa
cinta? itu tak ada bedanya menurut cerita. Ku dekat. Ku telah menyatu.
Sosoknya memang tak pernah hilang, dari mimpi malamku, dari lamunanku
dan dari seluruh hari-hariku. Sinar matanya yang indah tak pernah bisa
tuk kulupakan. Dia memang tak selalu mengatakan cinta padaku. Jarang
memujiku dan menyejukkan lewat kata-katanya. Tapi, dia selalu
menghangatkan hatiku, jiwaku dan bahkan diriku seutuhnya lewat tatapan
matanya.
Beberapa
kali pernah ku bertengkar kepadanya. Tatapan itu, entah hilang kemana?
Aku tak tahu. Aku berpikir apakah itu tatapan palsunya? Ah… mungkin
tidak. Aku bagaikan belahan yang tak terpisahkan. Ketika dia
memenjarakan diriku dengan kata-katanya yang panas. Aku selalu membawa
kesejukan dengan ketenanganku. Kediamanku akhirnya menghangatkan bahkan
menjadikan dia cair dan akhirnya meleleh. Begitu juga ketika kepalaku
meledak dan kata-kata yang keluar dari mulutku tak lagi manis, dia
selalu membawa senyum dan tatapan yang indah untukku. Aku tak kuat
menahan begitu dalamnya cintaku.
Sungguh
indah tidak cintaku? Mereka pun tahu dan merasa iri padaku. Kini, dia
ada di sebelahku. Perjalananku menjadi semakin bermakna karena sosoknya
selalu menyemangatiku. Lembut tangannya tak lagi mengingatkanku kalau
aku ada di dunia yang penuh dengan tragedi baik buruknya. Aku sekarang
hanya ingin bersamanya. Bersama tuk berlama-lama. Ber-angan dan
mengharapkan keindahan dimasa yang akan datang. Berpikir tentang
keabadian cinta bukan tentang kehancuran karena ego kita. Kujuga
membawanya tuk mengarah pada masa depan yang menggembirakan bukan masa
depan yang berantakan. Dia setuju. Tanda setujunya tak lewat kata. Lewat
senyum manisnya. Lewat lembut tangannya seperti ketika dia
menguatkanku. Oh… sungguh indah tuk ku jalani hari-hari ku sayang.
Wah..
ternyata aku telah berjalan cukup jauh. Berbagai kerikil telah ku
lewati. Berbagai tanaman dan pepohonan telah ku jelajahi. Tapi ku tak
tahu. Ku tengok ke belakang ternyata begitu banyak rintangan yang
seharusnya tadi ku lewati. Tapi, aku tak merasakan itu tadinya. Aku
hanya merasakan cinta dan cinta. Oh… sungguh. Cinta itu telah
menyemangatiku dan menguatkanku ketika banyak tantangan yang seharusnya
ku lewati. Sungguh ku berterimasih padamu cinta. Kau telah masuk ke
dalam lubuk hatiku dan itu telah ku bawa tuk menghadapi semua hidupku
sehingga hidupku menjadi berwarna. Oh… sungguh cinta telah membuatku
menjadi pribadi yang berbeda. Terimakasih cinta….