DIA YANG TAK BISA DIMENGERTI

Hai. Namaku Gia Issabel. Panggil aku Gia. Aku hanya gadis berusia 13 tahun biasa yang kehidupanku juga biasa. Mungkin kalau teman-teman seumuranku, mereka sudah mulai suka-sukaan. Tapi aku nggak terlalu tertarik dengan hal itu. Karena menurutku hal itu membosankan. Bagaimana tidak, karena di sekolahku semua takut padaku. Entah mungkin karena aku terlalu pendiam, atau mungkin auraku yang berkata ‘hush, hush!’.

Oh, iya. Aku bersekolah di tingkat SMP kelas 2. Kalau di sekolahku disebut kelas 8. Kelasku ada di paling pojok dekat toilet (haha), 8.3. Seperti yang aku bilang, teman-teman di sini tak ada yang berani berkomunikasi padaku. Dan ada satu anak yang mengganggu ketenanganku di kelas ini. Yaitu si playboy nomor satu di sekolah, Marcello Reinaldy, biasa dipanggil Rei. Dia keturunan orang Italia, wajahnya yang tirus, cakep, dan badannya yang tinggi, olahraganya bagus, serta otaknya yang seperti ‘mbah google’ membuat banyak cewek-cewek jatuh hati padanya. Walaupun begitu, aku tidak tertarik dengannya. Kenapa? Soalnya dia itu suka main-main perasaan cewek! Nyebelin deh!
Dia Yang Tak Bisa di Mengerti
Hari Kamis, 14 Februari 2013. Valentine day. Hari yang paling membosankan. Pelajaran seperti biasa dan dimana-mana cewek-cewek kasih coklat ke para cowok. Tapi pemandangan di kelas tidak luput dari pemberian coklat untuk si playboy cap kapak itu. Bukan main, hampir semua cewek kasih coklat ke dia. Semuanya kecuali aku. Hal yang wajar ‘kan? Aku tidak mau bahkan mungkin tidak akan pernah suka dengannya! Tapi hari ini adalah hari teraneh sepanjang yang sudah kujalani. Kenapa? Rei datang padaku dan mengajakku berbicara. Tentu saja awalnya aku menolak, tapi dia memaksa.
“Hei! Lu nggak ngasih coklat nih?” katanya sambil nyengir. “Hmm, mungkin harus gue masukin kecoa dulu baru gue kasih ke lu.” Dengan jutek aku membalasnya. Aku tidak suka basa-basi dengannya. “Jutek amet sih. Gue cuma mau nanya, lu udah bawa sketsa kelompok kita kan? Yang kita kerjain kemariin!” HAH?! DUH! Aku lupa!! “Ehh… Duh ketinggalan nih.. sori ya..” perasaanku jadi kurang enak. “HAH! Waduh! Hmm, yaudah deh. Mau diapain lagi.. Rumah lu deket sini? Kalau deket kan bisa diambil.” Katanya.

Untung rumahku dekat, jadi aku dan dia jalan kaki ke rumahku untuk mengambilnya. Yang pasti minta izin sekolah dulu untuk keluar. Tapi bencana datang waktu aku dan Rei menyebrang jalan. Aku hampir tertabrak, dan Rei melindungiku, akhirnya yang terluka parah adalah Rei. Aku panik, langsung saja aku berteriak minta tolong. Setelah itu Rei dibawa ke rumah sakit.
“Ini mungkin akan sulit untuk dibicarakan… Kaki kanan anak ini.. lumpuh permanen dikarenakan kecelakaan ini” Aku shock, tapi untung Rei masih belum siuman. Aku tak tahu bagaimana ekspresinya waktu tahu kaki kanannya lumpuh permanen hanya karena melindungiku. Aku jadi merasa sangat bersalah. Dan ketika orangtuanya datang aku kira aku bakal dimarahi. Tapi mereka malah berterimakasih karena sudah menolong Rei. Aku jadi tambah merasa bersalah. Dan waktu Rei siuman, aku bilang pada Rei bahwa kaki kanannya lumpuh permanen. Dan jawabnya, “Ohh.. Tapi lu nggak apa-apa ‘kan?”. Kenapa dia sama sekali tidak marah? Ini untung sih, tapi aku jadi merasa sangat bersalah.

Beberapa hari setelah kejadian itu, teman-teman sekelas yang awalnya takut denganku malah marah dan mengucilkanku. Yah, aku memang pantas menerima hal ini, karena Rei jadi terluka karena melindungiku. Banyak yang menjelek-jelekanku di belakangku. Tapi, setelah Rei masuk ke sekolah lagi, dia terus membelaku. Aku bingung, padahal aku yang menyebabkan dia jadi begitu kenapa dia membelaku. Dan datang juga hari terparah dalam penindasan terhadapku. Aku disiram coca-cola di jam istirahat. Aku hanya bisa diam menerima tindakan ini. Ketika Rei tahu, dia langsung menolongku dan membelaku habis-habisan. Aku mulai menangis kesal dan berlari keluar kelas.

Rei mencoba mengerjarku dengan kaki pincang sampai akhirnya dia jatuh. Aku kaget dan langsung menolongnya berdiri. “Kenapa sih! Kenapa lu selalu belain gue?! Padahal lu jadi sekarang ini karena gue. Gue ini sama aja kayak penjahat!!” aku menangis tersedu-sedu karena rasa kesal yang tak tertahankan dan rasa penyesalan yang sudah sampai pada batasnya. Dia langsung membalas perkataanku dengan kata-kata yang membuatku kaget. “Itu semua karena gue peduli sama lu! Gue sayang sama lu! Masa lu nggak ngerti-ngerti sih!?” katanya sambil memegang erat tanganku.
“Hahh?? Lu jangan bercanda, deh!” aku langsung mundur dan melepaskan genggamannya. Aku tak sadar bahwa belakangku adalah tangga turun. Aku terpeleset dan spontan berteriak saking kagetnya. Rei spontan menarikku agar tak jatuh, tapi dia malah terpeleset juga karena kondisi kakinya. “Auw…!” katanya waktu kita jatuh. Guru-guru langsung menolong kita. Rei dibawa ke UKS, sepertinya aku melakukannya lagi… Aku tak bisa membayangkan bagaimana kelakuan teman-teman sekelas nanti padaku.

Ketika di UKS, Rei disuruh tidur dulu. Untungnya dia hanya luka ringan. Beberapa saat setelahnya teman-teman yang dekat dengan Rei dan cewek-cewek yang selalu menindasku masuk. Aku jelas takut, aku berpikir kalau aku pasti akan dihabisi oleh mereka. Tapi, betapa terkejutnya aku, mereka tidak marah tapi malah minta maaf atas perbuatan mereka padaku. “Maafin kita ya. Kita akhirnya sadar, apa yang kita lakuin ke lu itu salah… Dan sekarang Rei malah jadi begini.” aku bingung, “Kok? Kalian..?” lalu, “Tadi waktu lu keluar Rei marahin kita dan akhirnya kita sadar.”

Aku menoleh ke arah Rei, dan pas itu dia bangun. Aku sontak menangis di depannya. “Hei, lu kenapa??” tanyanya. Aku langsung mengusap air mataku dan tersenyum padanya. “Makasih banget…” kataku sambil memegang tangannya. Dia pun membalasku dengan senyuman. Senyuman yang lembut, beda dengan senyumnya yang biasa. Senyum yang mungkin sudah melelehkan hatiku yang beku ini. Dan akhirnya aku sadar, “Gue juga sayang sama lu…”

CINTA TERBAGI ANTARA AKU DAN DIA YANG TERNAYATA SAHABATKU SENDIRI

Cinta Terbagi Antara aku dan Dia Yang Ternyata Sahabatku Sendiri
Nama ku Ririn usia ku 16 tahun, aku memiliki seorang sahabat bernama Dea yang sudah ku anggap sebagai saudara ku sendiri karena kebetulan aku juga tidak memiliki saudara. Kita sudah berteman sejak jaman SD dulu. Kemana-mana selalu bersama, apa yang kita lakukan juga selalu berbarengan, namun sayang dalam urusan cinta tidak selalu sama kriteria cowok kamipun berbeda-beda. Dan itulah kami.

Ku dengar teriakan dea dari arah belakang untuk menunggunya. Aku pun menoleh kebelakang dan menunggunya yang baru saja keluar dari mobil ayahnya. Setelah itu kami pun segera masuk ke dalam ruangan kelas dan mengikuti pelajaran hingga usai di jam 13.30.

Saat pulang seperti biasa aku mengantar dea dengan mobilku. Lalu aku say goodbye dan melaju keluar dari halaman rumah dea. Kami bagaikan anak kembar yang tak bisa terpisahkan.
***
Waktu bergulir begitu cepat tak ku sadari sekarang aku telah berusia 17 tahun dan aku ingin di usia 17 tahun ini aku bisa mendapat seorang kekasih seperti teman-teman ku yang lain. Namun di usia ini juga aku merasakan hal yang berbeda yaitu minggu lalu dea dan keluarganya memutuskan untuk pindah keluar kota karena alasan pekerjaan. Sedih!! Memang sedih karena sahabat yang aku sayangi akan pergi meninggalkan ku dan tak tahu pasti kapan aku bisa bertemu dengannya lagi. Sebelum jalan dea mengatakan padaku bahwa ‘sekarang kita sudah berusia 17 tahun dan aku ingin kita bisa punya cowok yang seperti kita harapkan dan suatu saat nanti kita bisa bertemu dan menggandeng pasangan kita masina-masing’. Kalimat itu masih terukir jelas diingatanku. Sekarang semua hal yang aku lakukan terasa begitu hampa tanpa dea disini, namun aku berusaha untuk bangkit kembali.

Krriinggg.. krriinggg.. bel tanda pelajaran akan dimulai membangunkanku dari lamunan ku tentang dea. Ku lihat dari jauh wali kelas ku datang dengan ditemani seorang cowok yang tampan dan ku taksir dia adalah murid baru. Dan ternyata taksiranku benar namanya Rian dan dia adalah murid baru pindahan dari luar kota. Informasinya sih katanya dia itu anak yang baik, pintar, kaya dan juga mudah bergaul. Rian duduk berseblahan dengan ku, dia menempati kursi kosong yang dulu ditempati sama dea.
Singkat cerita sekarang aku dan rian semakin akrab dan kadang teman-teman yang lain mengira kalau kami berpacaran, sebenarnya sih aku ingin itu menjadi kenyataan namun rian itu terlalu populer di sekolah sehingga ku pikir pasti dia udah punya pacar yang jelas lebih baik dan lebih cantik dariku.
***

Semakin hari hubungan ku dan rian semakin dekat kalau boleh dibilang kami layaknya sudah seperti sepasang kekasih. Andaikan sebuah kata cinta terlontar dari mulut rian, tanpa berlama-lama aku pasti langsung menerima cintanya, jangankan kata cinta tanda-tanda menyatakan cinta saja tak pernah terlihat dari gerak gerik rian mungkin dia hanya menganggap ku seorang teman dan tak lebih dari itu.

Setiap hari rian Selalu mengantar ku pulang, (kebetulan sekarang ayah ku tak mengijinkan aku membawa kendaraan sendiri karena dulu aku hampir saja kecelakaan) mengajak ku jalan-jalan kadang juga dia mengajakku kerumahnya dan mengenalkanku pada orang tuanya. kadang aku bertanya pada hatiku sendiri ‘rian kamu sayang yah sama aku, sampai-sampai kamu ngenalin aku ke orang tua kamu?’ pertanyaan bodoh.
Namun pertanyaan itu akhirnya terkabul juga. Kemarin sore saat rian mengantar ku pulang ke rumah dia berhenti di sebuah taman bunga dan menyatakan perasaannya padaku, aku pun menjawab ya dan akhirnya kami pacaran dan sekarang aku telah memiliki seorang kekasih yang selama ini aku harapkan.
Terasa indah bisa memiliki rian dan terasa nyaman saat bersamanya. Buatku rian lah yang terbaik sebab dia mampu menghapus kesedihanku karena kehilangan dea.
***

Sudah dua tahun lebih aku menjalin hubungan dengan rian ternyata cinta pertamaku saat SMA bisa berlanjut hingga sekarang. Aku dan rian kuliah di universitas yang sama di daerahku.

Saat pulang kerumah mama memberitahu bahwa dea besok akan kembali kesini aku tidak sabar untuk bisa bertemu dengan dea. Aku langsung menelpon rian agar besok ikut bersamaku, rian pun mengiyakannya.
Keesokan harinya kami sekeluarga beserta rian pergi menjemput dea dan keluarganya di bandara, setelah sampai disana kami harus menunggu dan tak lama kemudian dea pun muncul aku langsung memeluknya dan menangis. Lalu kami mengantarkan dea ke rumanhya. Di tengah perjalanan aku mengusulkan dea agar kuliah di universitas yang sama denganku dan dea pun menyetujuinyanya.
Hari ini saatnya aku dan dea bisa bersama kembali. Dijemput oleh rian kami akhirnya menuju kekampus.
***

Persahabatanku dengan dea terjalin seperti dulu lagi makin akrab namun tidak dengan cintaku, aku merasa rian semakin jauh dan hubungan kami pun makin renggang. Saat aku ingin membahas ini dengannya dia selalu beralasan sedang sibuk. Hingga suatu hari temanku memberitahu bahwa dia melihat rian sedang bersama dengan dea. Namun aku mencoba menepis kalimat itu dan akhirnya aku melihat sendiri bahwa rian sedang bergandengan tangan dengan seorang yang tak lain adalah dea. Hati ku sangat sakit melihat itu. Lalu aku meminta kejelasan dari rian tentang perihal ini. Aku mohon agar rian jujur dengan ku. Rian pun memohon maaf padaku kerena dia telah menghianatiku dan berpacaran dengan dea sahabat terbaikku.

Aku tidak mungkin memusuhi dea hanya karena rian berselingkuh dengannya. Dea tak henti-hentinya meminta maaf padaku walau kata maaf telah ku berikan padanya namun jujur relung hatiku belum siap untuk memberikan maaf pada dea dan rian yang telah membagi cinta ku.
***

Sebulan sudah aku menjalani hidup yang ku rasa tiada artinya. Tiada senyum, tiada tawa yang ada hanya air mata dan kepedihan.

Hari ini hujan turun dengan derasnya seperti banyaknya air mata yang telah ku pendam dalam hatiku. Saat aku akan pulang rian menarik tangan ku dan memohon maaf pada ku, aku tak tahu ini permintaan maaf yang keberapa kalinya. Rian meminta maaf karena telah membagi cintanya dengan dea. Aku memjawabnya dengan santai ‘sekarang aku ingin kamu tahu bahwa bahagiamu adalah bahagiaku dan bahagia dea juga adalah bahagia ku’ aku ingin rian dan dea bisa bersama selamanya dan aku tidak ingin dea merasakan hal yang aku rasakan saat ini. Cairan bening dari mataku turun tanpa tertahankan aku segera melangkahkan kaki ku keluar tanpa ku pedulikan hujan yang deras dan air yang dingin. Aku mendengar rian dan dea memanggilku namun aku tidak mempedulikan mereka. Aku berjalan dengan muka tertunduk dan tak bergairah hidup..

Walau sekarang aku dan rian telah berpisah 6 bulan lamanya namun rasa sakit hati ini tak kunjung terobati meskipun sekarang hatiku sudah di miliki orang lain..
Terasa indah saat bersamamu
Terasa damai saat di sampingmu
Namun kini yang terjadi
Kau membagi cinta dengan sahabat ku..
Kurelakan kau bersamanya
Asalkan engkau bahagia
Biarlah derita ini
Kini ku tanggung sendiri.. :’(

NAYALA DAN TARI

ayala tersenyum riang. Berjalan pelan melenggak-lenggok seperti biasa. Rasa puas terpancar dari matanya yang hitam kebiruan, sungguh indah. Dia sesekali melirik Lovita dan ibunya yang sejak tadi menatapnya, sejak dari belokan di kanan rumah mereka. Nayala tak perlu cemas dengan tatapan ibu dan anak itu, mereka selalu bahagia melihatnya pulang apa lagi dengan binar keceriaan menyelimutinya.


Tubuh Nayala kecil, putih, mulus dan halus. Dia juga gesit dan lincah. Kadang saat dia malas berjalan memutar melewati gerbang rumah, dia meloncat pagar saja dan segera masuk lewat jendela samping. Nayala yang selalu dicintai dan disayang oleh seluruh keluarga Lovita.
Nayala dan Tari

***
Tangis Tari begitu keras. Tangis kecewa dan lapar. Tangis gadis tiga setengah tahun yang membuat para tetangga iba, jengkel atau mungkin tak peduli lagi. Tapi tangis itulah yang selalu membuat neneknya bertahan untuk hidup lebih lama, demi cucunya. Neneknya yang sudah renta berusaha menenangkan cucunya. Mbah Sani hanya bisa menghibur semampunya. Dia tak kuat lagi untuk menggendong Tari. Tubuh 70 tahunnya yang ringkih tak akan mampu menopang Tari yang menangis terguncang-guncang. Mbah Sani hanya bisa memangku Tari di dipan kecil reyot di beranda rumahnya yang miring. Begitulah keadaannya. Miskin. Tak ada yang mudah dalam kehidupan manusia beda generasi ini. Si mbah yang uzur dan cucunya yang masih balita di rumah bambu penuh lubang yang hampir roboh.

“Nduk, maafkan simbah. Simbah tadi tertidur, lupa tidak menindih tompo nasi sama ulekan batu. Ikan asin Nduk Tari yang simbah goreng hilang.” Tak ada bedanya, tangis Tari tidak juga mereda. Mana mungkin anak sekecil dia bisa mengerti alasan neneknya. Dia hanya tahu rasa lapar dan kesal hatinya karena lauk satu-satunya telah hilang. “Nduk, simbah dulu suka makan nasi sama garam lo. Ini nasinya simbah kasih jelantah ikan asin tadi ya. Haak Nduk, coba di maem ya.” Tari membuka mulutnya, bukan untuk makan tapi karena jerit tangisnya. Mbah Sani tidak peduli, dia masukkan sejumput nasi yang telah dia campur dengan jelantah bekas dia goreng ikan asin. Tari menutup mulutnya, merasakan nasi dan rasa gurih seperti ikan di mulut membuatnya sedikit tenang. Si mbah menarik ujung jarik tapihnya, dia usap air mata cucunya dengan sayang. “Gak popo ya Nduk, nanti si mbah belikan lagi ikannya.” Si mbah jelas hanya berbohong agar Tari mau makan. Mana mungkin dia mau membeli ikan asin, dia mau berhutang lagi sambil bilang nunggu kiriman uang ibunya Tari dari kota untuk membayar.
***

Nayala pulang dengan senyum sumringah. Berjalan pelan melenggak lenggok seperti biasa. Senyumnya tak memudar sampai dia masuk ke rumah dan meletakkan sayap goreng di piringnya. Dia makan dengan lahap. Lovita datang menghampirinya, menatapnya dengan heran. Lalu dia mengelus manja kepala Nayala dengan sayang. “Makan yang banyak ya Dedekku. Ini aku kasih susu.” Lovita berjalan ke ruang tamu setelah menuangkan susu ke gelas kecil Nayala. Tak ada yang lebih indah dari pada melihat Nayala yang lucu makan dengan lahap, kecuali mungkin jika kekasihnya akan datang seperti sore ini.
***

Dipan dari bambu yang bergerak dengan suara keriyat keriyut setiap kali diduduki adalah satu-satunya perabot yang ada di bagian luar rumah mbah Sani. Dia baru saja pulang dari sawah. Bukan karena baru saja mengolah tanah tapi untuk mencari kayu bakar. Kayu apa yang bisa dicari di sawah? Hanya pohon cabe yang telah dicabut dan dibiarkan kering oleh pemiliknya yang dibawa si nenek ini. Dia gendong dengan kain di punggunnya yang bungkuk sambil menggandeng tangan kiri Tari. Gadis kecil ini sedang senang. Di tangan kanannya ada tulang daun Lamtoro yang ujungnya diikat menjadi satu sehingga berkumpul di tengah. Si mbah bilang ke cucunya itu adalah wayang-wayangan.

Tari sedang minum air putih dan gula dari botol. Sambil tidur di atas ranjang tanpa kasur, hanya beralas tikar pandan dan beberapa potong selimut tua yang kumal. Di tangan kanannya tetap tergenggam wayang-wayangan dari tulang daun Lamtoro tadi. Dia senang. Air gula dan rasa capek yang Tari rasakan mungkin yang membuatnya lebih tenang hingga dia menutup matanya. Tari bermimpi bermain wayang-wayangan dengan neneknya di atas ranjang itu. Tari yang senang dan si mbahnya yang berurai air mata.

Mbah sani merebahkan tubuhnya di atas dipan di serambi. Di bawah kakinya ada tumpukan pohon cabe kering. Rasa lelah dan lapar mungkin yang membuat matanya terpejam. Dia bermimpi menggoreng ikan asin dengan kayu pohon cabe yang baru dia dapat di tungku kecilnya. Cucunya sedang menunggu dibelakangnya dengan nasi putih di piring, sendok di tangan kirinya dan wayang Lamtoro di tangan kanannya. Si mbah yang tersenyum dan cucunya yang gembira menunggu ikan asinnya digoreng. Di mimpinya.
***

Nayala pulang dengan senyum bangga. Dia berjalan tergesa-gesa tidak seperti biasanya. Dia melompat ke atas pagar batu bata dan berjalan di atasnya. Sekali lompat dia sudah ada di depan pintu rumah. Dimulutnya ada anak ayam kecil berwarna putih dengan bulu hitam halus dibagian sayapnya yang mungil. Lovita dan ibunya melihat kedatangan Nayala. Mulut mereka terbuka sedikit. Ada rasa tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bukan anak ayamnya tapi leher Nayala yang merah dan bulunya yang tercerabut paksa. Lovita berteriak geram. “Siapa yang melakukannya Dedekku? Kejam sekali.” “Atau kamu baru saja main cinta dengan pejantan ya?” Ibu lovita ikut bertanya. Nayala tidak peduli. Ayam kecilnya yang bernafas kembang kempis lebih menarik dari pada ibu dan anak yang sedang mencemaskan keadaannya. Lalu Lovita memegang kucingnya, menarik ke pangkuannya dan menyingkirkan ayam sekarat itu. “Kamu ini. Dari mana lagi kau dapat anak ayam ini Nayala? Kamu ini pasti bikin aib bagi keluarga lagi.” Nayala mengeong manja sedikit sebal.
***

Suara tangis Tari tak terbendung oleh pelukan para tetangganya. Suara tangis anak tiga setengah tahun yang merindukan suara neneknya. Suara tangis gadis kecil yang menginginkan neneknya mengajaknya makan di dipan reyot depan rumahnya. Tapi nenek hanya diam di atas ranjang tanpa kasur. Matanya terpejam, alisnya robek.

Mbah sani sedang letih menyapu lantai tanah dapurnya ketika Tari bernyanyi Garuda Pancasila, memamerkan hafalan lagunya kepada sang nenek. Lagu Garuda Pancasila yang biasa dia dengar ketika mau tidur. Si mbah ikut bernyanyi pelan, memberi kesempatan cucunya memperdengarkan kebolehannya. Lalu suara ribut di samping pintu belakang itu membuat semuanya terhenti. Si mbah terkejut, tersadar dari rasa lemas yang menggelayuti tubuhnya. Ada kardus bekas air mineral yang dia taruh di sana sebagai kandang ayam sementara untuk anak-anak si Blorok, ayam betinanya. Mbah sani melihat seekor kucing gemuk berwarna putih sedang mengacak-acak anak ayam itu. Dua ekor digigit mati, dua ekor lari ke bawah rak piring dan seekor lagi kembang kempis di mulut si kucing. “Kucing kurang ajar. Hayo pergi… pergi… jangan makan ayame Nduk Tari!” Si mbah ini mengacungkan sapunya. Tergopoh kakinya melangkah di dalam balutan tapih kainnya, Mbah Sani mengusir kucing itu. Sayang kakinya tak selincah kucing putih itu, dia terjerat kain dan jatuh. Sayang tangannya tak segesit kucing itu, tak mampu menopang tubuh tuanya yang limbung. Dia tersungkur dan pelipisnya menghantam gagang sapu yang tadi dia pegang. Lalu Tari menangis meminta si mbahnya bangun.

Si mbah masih terpejam tapi bibirnya tampak berkomat-kamit. Jemari tanganya yang keriput membelai dahi cucunya. Mereka berdua bernyanyi dalam hening malam. Mereka berdua sudah hafal rasanya lapar seperti mereka hafal lagu ini. “Pancasila dasar Negara. Rakyat adil makmur sentosa. Pribadi bangsaku ayo maju maju ayo maju maju…ayo maju maju”

KISAH CINTA GADIS BALI

Di Bali
Devi Pramesti adalah gadis remaja yang cantik, ber usia 17 tahun, rambutnya lurus,hitam, panjang sepinggang. Dia terlahir dari keluarga kaya raya di kuta Bali pulau Dewata.
Dia anak semata wayang dari pasangan I Made Komang Suade dan Ny Wayan Sri, tak ayal dia sangat di sayang oleh ayah dan ibunya, sangat dimanja, apa yang diminta pasti di turuti, namun tidak soal jodohnya, Devi telah di jodohkan dengan I Gusti Kerti Putra, laki-laki yang tidak sama sekali dia cintai, karna Devi telah memiliki pujaan hati yang sangat dia cintai.

Kisah Cinta Gadis Bali
Saat ini Devi masih duduk di kelas 3 SMA di Bali, dia termasuk siswi terpintar dan tercantik di sekolahnya,tak heran jika banyak yang menyukainya,dan tidak sedikit cowok-cowok harus berkali-kali gigit jari karna di tolak oleh Devi, namun Devi menolak mereka dengan kata sehalus mungkin dan memberikan pengertian kepada cowok-cowok itu,dan menawarkan untuk jadi teman, dan merka pun menerima keputusan Devi dengan lapang dada dan penuh pengertian dan tidak ada rasa membenci satu sama lain , malah mereka sangat akrab, saling bertukar pikiran,curhat,bercanda dan lain-lain.
Kecantikan,kepandaian,kekayaan yang dimilikinya tidak membuat Devi tinggi hati, bahkan dia malah rendah hati,baik,suka membantu teman dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, itu lah sebabnya dia memiliki banyak teman, hanya saja dia belum mempunyai pacar, karna dia tidak mau konsentrasi belajarnya terganggu, dia ingin mencapai cita-cita nya untuk jadi Dokter, kedua orang tuanya pun sangat antusias dengan cita-cita puteri tersayangnya itu.

Akhirnya masa sekolah Devi berakhir, dan dia menginginkan melanjutkan kuliah kedokteran di Jakarta,namun ayahnya tidak setuju jika Devi harus ke Jakarta , karna di Bali juga ad Fakultas kedokteran, dan ayahnya belum siap untuk melepas Devi ke Jakarta lantaran di sana tidak memiliki sanak saudara. Soal masa depan anak, ayahnya memang sangat keras, tapi itu dia lakukan karna dia sangat menyayangi puterinya,dia tidak mau puterinya sampai terlantar dan tidak bahagia masa depannya, dan ayah nya sangat menginginkan kelak Devi menikah dengan pemuda yang derajatnya setara dengan keluarganya bahkan lebih tinggi derajatnya dari mereka.

Namun berbeda dengan ibunya, dia tidak sekeras ayahnya,ibunya tidak banyak komentar tentang jodohnya di hari kelak, karna dia yakin jodoh sudah di atur oleh Sang Hyang Widi. Dan tidak mungkin dapat melawan takdir kehidupan, baginya hidup,jodoh,kematian, sudah di atur sejak manusia masih dalam kandungan.
Namun kali ini Devi menentang keinginan ayahnya, dia belum ingin menikah,dia ingin menggapai cita-citanya dulu, baru memikirkan rumah tangganya.
Ke keras kepalaan ayahnya membuat devi setiap malam hanya menangis, dan membuat dia sakit. Ayah dan ibunya akhirnya menyetujui keinginan Devi untuk kuliah di Ibu Kota, dengan syarat sang ibu harus ikut bersamanya, hingga kuliahnya tuntas, Devi sangat gembira dengan keputusan ayah dan ibunya itu,.

Terbang ke Jakarta
Seminggu kemudian Devi mempersiapkan perlengkapannya untuk kuliah di Jakarta, tidak terkecuali ibunya juga, ayahnya telah mempersiapkan tiket pesawat untuknya dan ibunya 2 hari yang lalu.
Keesokan harinya mereka terbang ke Jakarta, ayahnya melepas kepergian mereka dengan derai air mata kesedihan karna harus berpisah dengan istri dan putri tersayangnya hingga study nya selesai, sebelum pergi Devi menyempatkan memeluk dan mencium ayahnya.
Setelah sampai di Jakarta, mereka tidak membuang waktu, mereka mencari kontrakan yang tidak jauh dari kampus yang akan menjadi tempat belajar Devi selama kuliah di Universitas ini.

Akhirnya mereka mendapatkan kontrakan sebuah rumah yang lokasinya dapat di bilang Strategis, bahkan sangat dekat dengan lokasi perkuliahan kedokteran itu, sebetulnya bukan hanya Devi dan ibunya yang mengontrak rumah di situ, rata-rata penghuni di sini semua ngontrak,dan mereka bukan dari kalangan orang kya seperti layaknya keluarga Devi, di lingkungan itu 80% penghuninya semua mahasiswa dari berbagai Fakultas dan beragai Universitas, dan pastinya mereka hanya 10% dari kalangan kaya, 40% kalangan menengah, 50% dari kalangan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja demi membiayai kuliah mereka.
Semua penghuni kontrakan di lingkungan itu terlihat sangat ramah,memiliki tenggang rasa terhadap sesama, rukun, itu terlihat dari cara mereka yang saling tolong menolong antar tetangga, dan sangat welcome terhadap penghuni baru, bahkan di lingkungan itu ada ketua RT,yang mengharuskan Devi dan ibunya melapor untuk mendaftar sebagai warga baru, ketua RT itu ternyata seorang Mahasiswa di Fakultas kedokteran,dan sedang menyelesaikan S1 nya.

Universitas Kedokteran
Hari pertama Devi masuk kuliah suasana nya tidak begitu ramai,karna situasinya masih dalam masa penerimaan mahasiswa baru. Devi mendaftar ke Fakultas kedokteran di antar oleh ibunya.

Selama menunggu pengumuman dari kampus,Devi memanfaatkan waktu untuk belajar, karna itu sudah kegiatan rutinnya semasa SMA dulu,
Devi dan ibunya sepakat untuk hidup hemat selama mereka di Ibu Kota,maka dari itu ibunya yang pandai memasak memanfaatkan peluang bisnis warung nasi, karna di lingkungan tempat mereka tinggal jauh dari tempat makan, paling dekat berjarak 1km, dalam benak ibunya itu suatu peluang yang sangat besar, karna penduduk lain tidak perlu bersusah payah mencari tempat makan, tapi sebelumnya Ny Wayan Sri minta ijin usaha ke ketua RT setempat, alhasil ketua RT menyetujui permohonan tersebut.

2 hari kemudian Ny Wayan meresmikan warung nasi nya yang telah menarik perhatian semua kalangan penduduk di lingkungan itu,
“Wah bu Wayan, masakan ibu benar-benar mantap,saya yakin teman-teman disini pasti sangat menyukai masakan bu Wayan,dan tentunya saya akan jadi pelanggan setia bu Wayan,” Ujar ketua RT dengan senyum lebar karna merasa puas dengan masakan bu Wayan.
“ah pak RT bisa saja memuji orang” jawab Ny Wayan dengan senyum ramahnya
“tapi memang kenyataan nya masakan ibu ini benar-benar menggoyang lidah, wah bu pangil saja saya Hendi bu,lucu kalau saya di panggila bapak, emang saya sudah kelihatan bapak-bapak?” lanjut pak RT yang bernama Hendi itu
“Iya nak hendi maafkan ibu,mana mungkin nak Hendi sudah bapak-bapak, nak Hendi masih terlihat sangat muda,tampan,calon Dokter lagi..” puji Ny Wayan Sri dengan logat khas Bali-nya
“ah ibu bisa saja,oke bu kalau begitu saya permisi dulu”
“Iya, sering-sering datang kemari untuk mencicipi masakan ibu yang lain”
“Sudah pasti kalau itu bu wayan, mari bu” Ujar Hendi seraya pergi meninggalkan warung Ny Wayan Sri dengan senyum tidak lepas dari bibirnya.
“Devi,Bantu Mamek ye Bereskan Piring-piring ini”
“Siap Boooss”

Mama ku sayang
Tidak disangka setelah jam istirahat banyak sekali yang berdatangan ke warung Ny Wayan untuk makan,membuat Ny Wayan sangat kelelahan,karna baru kali ini dia merasakan berjualan,apalagi pengunjung sangat ramai,.
Belum sampai sore dagangan Ny Wayan sudah ludes, dan dia akan memasak lagi, tapi mana mungkin dia akan melakukannya seorang diri,sedangkan Devi ke Kampus untuk melihat pengumuman,akhirnya Ny Wayan terpaksa memasak lagi,tapi tidak terlalu banyak,ia memasak untuk di jual saat jam pulang kerja atau pulang kuliah.
“ Mama,, Devi pulang”
“ Gimana hasil tes kamu Devi ? apa diterima ?”
“ Devi di terima ma,dan besok devi mulai kuliah,”
“ Syukurlah Devi, oh ya, bantu mama jualan ya, tapi kamu ganti baju lalu makan ,baru bantu mama di warung”
“Oke deh mama ku sayang,” Devi mencium pipi ibunya,dan bergegas melaksanakan perintas ibunya, karna dia tidak mau mengecewakan ibunya.
~҉~

Devi membantu mamanya di warung dengan semangat 45, dia melayani pembeli yang mulai ramai dengan senyum ramah terhadap pembeli.
Pukul 21.00 warungpun tutup,karna masakan juga sudah habis terjual, Devi langsung mandi setelah membereskan warung

Ny Wayan menghitung pendapatan pertamanya,
“ Dapat berapa ma hasil warung kita, ?” Tanya Devi sambil memeluk ibunya dari belakang.
“ Lumayan lah nak,total semua 2,7 juta, dipotong modal pertama sebesar 900 ribu”
“ Wah banyak banget ma,, tapi mama kecapean banget ya, Devi pijitin ya” seraya memijit ibunya depi melanjutkan ucapannya
“ Ayah lagi apa ya ma di Bali, Devi kangen sama Ayah”
“ Tadi sih ayah mu telpon, dia bilang mala mini dia mau nginap dirumah nenek,”
Devi manggut-manggut
“ Sepertinya, mama membutuhkan 2 atau 3 orang untuk membantu mama di warung, mama kewalahan sekali kalau pembelinya banyak,dan tidak ada yang membantu mama, bisa kamu carikan nak?”
“ iya juga sih ma, kasihan mama, ya sudah besok Devi Tanya sama teman-teman Devi siapa tahu mereka punya kenalan yang bisa bantu kita di warung”
“ Yasudah kamu tidur sana, besok kamu harus kuliah kan “
“oke boss”
Devi langsung pergi tidur, sedangkan ibu nya menyiapkan peralatan untuk besok kembali berjualan,. Setelah selesai Ny Wayan langsung istirahat, karna tubuhnya terasa sangat letih setelah berjualan hingga malam hari.

Belajar Masak
Pagi-pagi sekali Ny Wayan sudah bangun,walaupun matanya masih mengantuk, tapi dia tetap berusaha untuk membuka matanya, Ny Wayan membuat secangkir kopi, untuk mengurangi rasa kantuk yang melandanya. Ny Wayan memasak nasi, kemudian menyiapkan 2kg daging sapi untuk rendang, 2kg ikan mas, dan sayur mayur lainnya sebagai pelengkap, semua dilakukannya seorang diri, dia tidak mau membangunkan putrinya,karna tidak ingin mengganggu istirahat nya.
Setelah pukul 05.00 Devi terjaga dari tidur nya, dia langsung ke kamar mandi untuk membasuh mukanya, setelah itu tanpa di perintah Devi membantu ibunya,
“ Mama kok gak ng-bangunin Devi sih, kan Devi juga mau bantuin mama, sekalian Devi belajar masak ,,” Devi sedikit memasang muka cemberut
“ E E Ee eh,gadis mama sudah bangun, pagi-pagi sudah cemberut, sudah jangan cemberut,mama sengaja tidak bangunin Devi,karna mama lihat devi pulas sekali tidurnya, ya sudah kalu Devi mau belajar masak, tuh ikan belum di goreng” Ny wayan menunjukkan ikan yang di maksud sambil menggoda anak nya,
“ Jangan sampai gosong ya sayang ikannya” Ny Wayan mengingatkan Devi
“Iya mama,masa Cuma goreng ikan saja sampai gosong,Devi juga kan pernah goreng ikan waktu mama dulu di rawat di rumah sakit,dan masakan devi enak loh kata ayah”
“ Alah kamu, masak air saja gosong, hahaha” timpal ibunya bercanda
“AAAAAHHH mama” Devi merengek karna di ledek ibunya
Devi pun menggoreng ikan mas dengan sangat hati-hati karna dia ingin membuktikan jika ikan goreng yang dia buat sangat enak.
Setelah semua selesai Devi langsung mandi dan bersiap untuk kuliah, karna ini adalah hari pertama dia jadi mahasiswi dia sangat semangat, semoga saja ya semangatnya tk pernah pudar sampai Devi di Wisuda.

I Made Chandra
Di kampus,Devi belum memiliki banyak teman, baru sekitar 4 orang temannya,itu pun cewek semua dan berbeda jurusan, Dian salah satu teman Devi yang sangat dekat dengannya sejak awal perkenalan nya sewaktu pendaftaran.
“ Dian, apa kamu punya kenalan yang bisa masak,?”
“ Ada sih, memang buat apa kamu Dev orang itu ?”
“ Mama ku lagi butuh karyawan untuk ngebantuin di warung, setidaknya dia bisa masak nasi, rajin, ulet, jujur, soal umur gak jadi masalah”
“ Hmm gitu, aku punya 2 kenalan,yang aku tau kalo Rani orangnya memang rajin,pintar masak, orangnya sederhana,maklum dia dari kampung, kebetulan dia juga lagi butuh pekerjaan,”
“ yang bener yan ? yaudah sehabis kuliah nanti kita temui teman kamu itu”
“oke lah, eh aku ada jam nih, aku duluan ya”
“ Ya cantik”
“Daaahh” Dian pergi seraya melambaikan tangan nya
Devi duduk di taman sambil membaca buku,karna dia baru ada jam sekitar 20 menit lagi.
“ Devi ? Devi kan ?”

Devi terhenyak kaget karna yang memanggilnya itu suara laki-laki
“ Kamu ,, Kamu Made Chandra kan ?”
“ Iya ini aku Chandra,teman mu waktu kecil dulu, kamu sedang apa di sini ? ‘’
“ Aku kuliah disini, kamu sendiri, ngapain disini ? kuliah juga? Fakultas apa ?”
“ Oh, Aku gak kuliah kok, aku kerja disini , mana punya uang aku mau kuliah, lulus SMP saja aku sudah bersyukur Devi,”
“kamu kerja apa Made di sini ? “
“ Aku kerja di kantin,kalau kamu mau ke kantin, aku ada di kantin yang dekat dengan mushola itu. “
“Gampang lah, yasudah, aku masuk dulu ya, aku ada kelas,, daah” Devi pergi meninggalkan Made Chandra, dan Made pun pergi ke tempatnya bekerja
“ Gak nyangka banget sih,aku ketemu dia disini, apa sudah jodoh ya” ucap Devi dalam hati ambil menuju kelas nya

Setelah mata kuliah Devi selesai, Devi langsung ke kantin,
Dia mencari-cari kantin yang di tunjukkan oleh Made tadi, akhirnya devi melihat Made sedang melayani pembeli, dia ingin menggoda Made sebagai pembeli
“ Bli, jus Jeruk 1 ya Bli” Devi menggoda Made,
“ Baik mbak nanti saya antar ke meja mbak, “ jawab Made tapi dia tidak memperhatikan siapa yang memesan jus jeruk tadi, lantas dia langsung membuatkan jus jeruk pesanan Devi,
“ Silahkan mbak” kata Made ramah
“ Terima kasih Made,” Kata Devi sambil tersenyum manis

Made menoleh
“ Oh kamu Devi, aku pikir siapa, aku kira kamu gak akan mau ke kantin ku”
” Tidak mungkin lah Made aku tidak mau, aku juga kan sekalian ingin ketemu kamu, kan sudah lama kita tidak bertemu,tapi kamu kok masih inget sih sama aku ?”
“ Tentu aku masih ingat,mana mungkin aku lupa sama sahabatku sendiri, tapi kamu benar-benar sudah berubah”
“ Berubah bagaimana Made ? “ Devi menyelidik
“ Kamu tambah cantik setelah dewasa”
“ Ah kamu bisa saja Made “
“ Ya sudah kalau gitu, aku kerja dulu, nanti kita terus kan setelah aku pulang”
“ Ya sudah, selamat bekerja ya Bli,nanti sore aku tunggu di taman ya”
Made tidak menjawab, dia hanya tersenyum, senyuman itu sudah lama sekali tidak Devi lihat.
Sebetulnya Devi sudah lama memendam perasaan terhadap Made,tapi semua itu dia pendam dalam hati, karna harus focus sekolah dulu.

Sore itu Devi terlihat sedang duduk di taman sambil membaca buku tentang ilmu kedokteran, tidak lama kemudian Made menghampiri Devi, dan duduk di samping Devi.
“Bagaimana kuliah hari ini devi “ Tanya Made setelah duduk bersama Devi
“ Lumayan menyenangkan” Jawab Devi dengan senyuman manis nya
“ Emang apa yang membuat kamu senang ?”
“ Banyak,hari ini hari pertama aku belajar di kampus ini, aku senang karna teman di kelas ku ramah,baik,tidak ada yang sombong, bahkan mereka banyak membantu ku”
“ Pasti menyenangkan ya, kamu jauh-jauh dari Bali, hanya untuk menuntut ilmu, aku kagum sama kamu,”
“ iya, ini semua demi cita-cita aku untuk jadi Dokter,”
“mudah-mudahan sang hyang widi meluruskan cita-citamu ya”
“ Itu harapan ku Made,dan aku tak akan putus berdoa dan berusaha untuk mewujudkan mimpi ku”
“ Aku suka semangat mu,oh ya, kamu tinggal dimana ?”
“ gak jauh kok dari sini, kalau kamu ada waktu luang,kamu main ke rumah ku, aku tinggal di Blok A no 35c”
“ Gampang lah bisa di atur,kamu tinggal sama siapa ?”
“ Sama mama, mama juga jualan loh di lingkungan ku, “
“ Jualan apa ?”
“ Makanan, tapi aku kasihan sama mama, dia harus bekerja keras, mudah-mudahan teman nya dian mau membantu mama di warung”
“ Emang mama lagi butuh karyawan ?”
“ Butuh banget, apa kamu punya kenalan yang bisa membantu kami ?”
“ Bagaimana kalau aku saja ?”
“ Emang kamu mau ? kamu kan sudah kerja di kantin, dan gaji nya lumayan,”
“ Kalau kamu memperbolehkan, aku sangat mau membantu mama kamu, karna mama kamu sudah seperti mama ku sendiri”
“ Yasudah kalau kamu mau, nanti aku bilang sama mama”
“ Apa aku boleh ikut kerumah kamu?”
“tentu boleh dong Made,kamu kan sahabat ku”

Devi dan Made pun berjalan bersama menuju rumah Devi, sepanjang jalan mereka terlihat saling bercanda satu sama lain,mereka saling bertanya jawab tentang pasangan mereka
“ Devi,sudah berapa mantan pacar kamu ?”
“ Aduh Made Made, aku ini belum pernah punya pacar Made, aku ingin focus dengan cita-cita aku dulu, baru cari pendamping hidup.”
“ Ah yang bener aja,masa gadis secantik,sepintar,dan sebaik kamu tidak punya pacar? Gak mungkin banget kan kalo gak ada yang mau sama kamu, Cuma orang terbodoh di dunia kalo orang itu tidak suka sama kamu”
“ Made, Bukan nya aku bermaksud sombong, kalau yang menyatakan cinta sama Devi bukan sedikit, tapi hamper cowok-cowok di sekolahku nembak aku, tapi aku tolak.”
“ Wah merana dong mereka, hahaha,, siapa ya yang bisa menyentuh hati kamu Devi, pasti dia cowok yang tampan,kaya,pintar”
“ Kamu Made,kamu satu-satu nya orang yang bisa buat aku jatuh cinta,” namun ucapan itu hanya di simpan di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
“ Ah tidak seperti itu Made, Devi tidak pernah menilai laki-laki dari kelebihan atau kekurangan nya, “
“ Lalu dari apa Devi” Tanya Made penasaran
“ Devi juga tidak tahu Made, kan Devi belum pernah pacaran
“ Tapi kalau jatuh cinta sudah kan, siapa cinta pertama mu? “

Devi tidak menjawab pertanyaan Made,Devi mengalihkan pembicaraan mereka,
“ oh ya Made, sejak kapan kamu berada di Jakarta ? “
“ Kalau tidak salah sejak kita Lulus SMP,dan waktu kita bermain di sawah kamu, itu hari terakhir aku melihat kamu, dan hari terakhir aku ada di Bali”
“ Lama juga ya, sudah 3 tahun lebih itu made”
“ Ya kurang lebih seperti itu”
“ Ayah dan Ibu mu juga pindah ke Jakarta? “

Made hanya terdiam,terlihat di sudut matanya meneteskan air mata
“ Kamu menangis Made ? kamu kenapa? Apa Devi salah ? maafkan Devi Made, Devi tidak bermaksud menyakiti hati Made” Devi kebingungan dan merasa bersalah kepada Made karna telah membuat Made sedih
“ Kamu tidak salah Devi, Ayah dan Ibu Sudah meninggal” made meneteskan air mata
“ Maafkan Devi ,Devi tidak tahu, Devi tidak bermaksud membuat Made teringat sama Ayah dan ibu”
“ Tidak apa Devi, oh iya rumah Devi masih jauh tak ?”
“ Kita sudah sampai Made, ini rumah Devi,” “Mama, Devi pulang”
“ Sama siapa kamu Devi ? siapa laki-laki ini ?”
“ Saya I Made Chandra bu, saya putra bapak Ketut Sangaji” Made yang menjawab
“ Oh kamu Made, sudah dewasa kamu,”
“ Ya iya lah ma,Devi saja sudah besar” ssambung devi
“ silahkan duduk, maaf suasana rumah kami berantakan, maklum tidak keburu, sibuk di warung”
“ terima kasih bu, ah tidak apa-apa, malah kontrakan saya seperti Pesawat Sukoi yang meledak”
“ Ah bisa saja kamu, ketemu di mana sama Devi? “
“ Kebetulan Made kerja di kantin tempat Devi kuliah bu, jadi Made bertemu Devi di kampus,”
“Bagai mana kabar orang tua mua? “
“ Ayah sama Ibu sudah pulang ke pangkuan Hyang Widi 2 tahun yang lalu”
“jadi Ayah dan Ibu sudah tidak ada? Ibu turut berduka cita, “
“ Terima kasih bu”
“ Sebentar ya, ibu ke belakang dulu”

Made hanya mengangguk,Made melihat sekeliling, rumah yang di katakana kurang terawatt ternyata sangat nyaman, di sudut ruangan terlihat ada tempat ibadah, tidak lama kemudian Devi keluar membawakan segelas minuman dan sepiring kue buatan ibu nya.
“ Maaf Made, hanya ini yang bisa kami suguhkan”
“ Ah tidak usah repot-repot begitu Dev, aku jadi tidak enak”
“ Oh iya,tadi Devi sudah bicara sama mama,kata mama kalu kamu mau, kamu boleh membantu mama, tapi bagai mana dengan pekerjaan mu “
“Soal kerjaan di kantin masalah gampang, aku bisa tinggalkan dan aku akan membantu kamu dan mama mu di sini”

Kemudian Ny Wayan keluar dan ikut duduk mengobrol
“ yang benar Made kamu mau membantu ibu? “
“ Ya bu,saya juga bisa memasak bu,”
“ Wah kebetulan sekali, baiklah tapi ibu tidak bisa member upah yang besar, maklum lah warung kita kan hanya warung makan kecil saja”
“ Gak usah mikirin upah saya bu,tidak di upah pun saya mau, karna ibu sudah Made anggan seperti ibu Made sendiri”
“ Ah kamu, silahkan di cicipi, ibu mau ke warung dulu ya, ada yng mau makan tuh, kamu santai dulu saja di sini, besok baru kamu boleh kerja”
“ Baik bu”
Ny Wayan pergi ke warung untuk melayani orang yang akan makan sore itu. Tidak lama terdengar pintu di ketuk oleh seseorang

Tok tok tok
“ Permisi, Devi”
“ Iya,,, oh kamu dian , silahkan masuk”

Dian dating kerumah Devi dengan seorang gadis muda,paras nya manis, kelihatan nya dia sangat lugu dan pemalu
“ Oh iya Dev, kenalin ini teman ku yang aku ceritakan tadi pagi”
“ Devi”
“ Rani”
“ Ini pacar kamu dev? Kok gak cerita sih sama dian “
“ Ah bukan, kenalkan ini Made Chandra sahabt kecil ku dulu sewaktu masih di Bali”
Made dan Dian pun bersalaman, kemudian mereka membicarakan soal pekerjaan yang di tawarkan Ny Wayan, Made dan Rani setuju dengan system pekerjaan, upah, peraturan , lalu setelah selesai Made pamit pulang, dia berjanji akan dating lagi besik pagi, Dian pun pamit pulang, tapi Rani tidak, kara Devi meminta Rani menginap di rumahnya.

Berkenalan
Pagi-pagi sekali Made sudah datang kerumah Devi,dia langsung mengerjakan apa yang seharusnya dia kerjakan, di sana sudah terlihat ada Rani yang sedang memasak, Devi juga sudah bangun dan ikut membantu ibunya.
Setelah barang dgangn siap Made menyusun di warung,Rani menyiapkan piring, Ny Wayan pergi ke pasar untuk membeli bahan , sedangkan Devi sudah bersiap untuk kuliah. Setelah sarapan bersama mereka melakukan aktivitas merek masing-masing. Devi berangkat kuliah dengan Dian yang menjemputnya,.

Banyak sekali mahasiswa cowok memperhtikan merek berdua, karna Devi dan Dian termasuk mahasiswi baru yang cantik,. Ketika mereka duduk di Taman kampus, ada seorang cowok menghampiri mereka,
“ Maaf, apa boleh saya ikut bergabung duduk di sini ? “
“ Silahkan mas” Jawab Dian
“ Buset nih cowok ganteng banget” Gumam Dian dalam hati
“ Kenalin, saya Rio dari fakultas Ekonomi semester 3”
“ Dian” dian menyambut perkenalan dengan menjabat tangan Rio
“ Devi” Devi juga melakukan hal yang sama seraya dia tersenyum
“ Kalian berdua anak baru ya , Fakultas apa ? “ Tanya Rio
“ Kalau saya di Fakultas Hukum,dan Devi di Fakultas Kedokteran”
“ Oh begitu, oh ya, nanti pulang kuliah jam berapa? Tanya Rio tiba-tiba
“ Biasa nya kami pulang jam 3 “ jawab Dian
“ Sebagai tanda perkenalan kita,gimana kalau nanti saya traktir kalian” Rio menawarkan untuk mentraktir
“ Aku sih mau-mau aja,kebetulan aku lagi gak sibuk” kata Dian
“ Kalau Devi gimana ?”
“ Maaf Rio, bukan saya tidak menghargai tawaran kamu, tapi saya harus membantu mama saya di rumah” jawab Devi dengan senyum
“ Yasudah tidak apa-apa, oke kalau gitu nanti pulang kuliah saya jemput kamu ya dian”
“ Oke deh, yuk Dev kita ke kelas”
Devi dan Dian pun pergi ke kelas masing-masing.
Di dalam kelas, Devi tidak focus belajar karna banyak sekali cowok yang menggoda dia,hilang kesabaran Devi,akhirnya Devi meneriaki mereka yang mengakibatkan dia harus mendapat hukuman, Devi tidak di perbolehkan mengikuti pelajaran hari ini, dengan berat ahti Devi meninggalkan kelas.

Devi duduk di taman lagi, lalu seorang cowok menghampiri nya,
“ Devi, kok kamu gak masuk kelas ? katanya kamu ada jam”
“ ehhh Rio,aku di hukum”
“ emang kamu salah apa ?”
“ gak tauk akh,yaudah aku mau pulang”
“ Devi tunggu”
“ Ada apa ? “
“ Boleh aku mampir kerumah mu “
“ Boleh,ya sudah aku duluan yah,” Devi bergegas pergi tanpa menghiraukan Rio lagi
Sepanjang jalan Devi memikirkan akan pergi kemana, tidak mungkin dia pulang, nanti ibu nya malah marah sama dia. Akhirnya Devi menyetop Taksi dia menuju toko buku terdekat.

Ulang Tahun
Devi mencari buku tentang ilmu kedokteran,setelah mendapatkan buku Devi merasa perutnya mulai lapar, karna waktu itu sudah pukul 2 siang, akhirnya Devi pulang.
Ketika dia sampai dirumah, dia sedikit terkejut karna tidak ada orang di rumah,dia mencari di warung tapi warung tutup,Devi terlihat bingung, dia menetes kan air mata karna tidak ada orang di rumah.
Pergi kemana mama,Rani,dan Made ? Devi menghubungi no mama nya, tapi tidak ada jawaban, akhirnya Devi kembali masuk kerumahnya.

Devi langsung menuju kamarnya yang terletak di lantai 2, tapi lampu di atas padam membuat suasana ruangan gelap, Devi meraba-raba dinding untuk mencari stop kontak lampu, setelah meneukan nya lantas Devi langsung menghidupkan nya, sekali lagi Devi terkejut.
“ Happy Birhtday to you happy birthday Devi” Kata Ny Wayan setelah Devi menghidupkan lampu,Devi sangat terkejut atas kejutan yang di berikan ibunya. Perasaan nya tidak karuan antara senang,sedih,terharu menjadi satu, Devi langsung memeluk dan mencium ibunya.
“ Selamat ulang tahun ya Devi, ini aku punya sesuatu buat kamu” kata Made kemudian
“ Terima kasih Made,”
“ Selamat ya mbak, semoga panjang umur” kata Rani pula

Ny Wayan melangkah kea rah sudut ruangan dan mengambil kado untuk Devi
“ Ini hadiah dari mama buat kamu sayang” Ny Wayan menyerahkan bingkisan
“ Apa ini ma? “
“ Buka saja biar kamu tahu”

Kemudian Devi membuka kado dari ibunya, ternyata isi nya sebuah handphone baru
“sengaja mama belikan handphone baru buat kamu, mama lihat handphone kamu sudah tidak jaman lagi”

Memang Handphone yang di miliki Devi sudah tidak jaman, Devi memeluk lagi mama nya,kemudian Devi membuka kado dari Made, isi dalam bingkisan itu berupa boneka yang sangat di sukai oleh Devi,lalu Rani memberikan kado juga yang berupa jam tangan.
“ Yasudah sekarang waktunya tiup lilin,” ujar Ny Wayan kemudian.

Setelah pesta ulang tahun selesai,Devi memanggil Made dan mengajak nya pergi ke halaman rumah.
“ Made,terima kasih kamu sudah member Devi boneka yang Devi sukai” kata Devi setelah mereka duduk di bawah pohon mangga yang rindang.
“ Sama-sama, tapi maaf itu bukan barang yang mahal”
“ Harga tidak penting Made,yang penting itu keikhlasan”
“ kalu soal itu sudah pasti saya ikhlas”
“ tapi kamu tahu dari mana saya suka boneka itu ? “
“ Kamu lupa ya, dulu sewaktu di kampung,kamu kan pernah bilang sama Made, Made lihat di kamar kamu belum ada boneka itu”
“ Wah Made jahat masuk-masuk kamar Devi, tidak melihat barang-barang pribadi devi kan” Devi menyelidik
“ Maaf Devi,bukan maksud Made kurang ajar tapi bagaimana Made tahu Devi sudah punya atau belum jika tidak melihat kamar Devi” Made menjelaskan yang sebenarnya pada Devi
“ oh ya Made,Devi boleh jujur tidak sama Made”
“ Tentu boleh,masa aku mau melarang orang yang mau jujur”
“ tapi Devi takut Made marah sama Devi”
“ Kenapa musti marah ?”
“ karna ini menyangkut hati”
“ Kenapa dengan hati kamu Devi”
“ baiklah, sejujur nya, sudah lama sekali Devi menyimpan rahasia ini, Devi takut kalau Devi mengatakan nya, Made tidak mau lagi berteman sama devi”
“ Rahasia apaan sih ? Sdahlah lebih baik kamu mengatakan nya” Made mendesak Devi
“ Devi.. hmm.. Devi sayang sama Made”
“ooohh,, sudah sewajarnya kalau seorang sahabat menyayangi sahabatnya.”
“ Tapi rasa sayang Devi bukan rasa sayang seorang teman, Devi tulus sayang sama Made,Devi cinta sama Made”

Made terdiam mendengar pernyataan Devi,dia bimbang antara percaya atau tidak
“ Apa Made tidak punya perasaan yang sama seperti apa yang Devi rasakan ?”
“ Sejujur nya Made juga sayang sama devi, tapi itu tidak mungkin Devi, kita tidak mungkin bisa bersatu”
“ Kenapa tidak mungkin “
“ Perasaan kita bisa saja sama,sama-sama cinta, tapi derajat kita jauh berbeda Dev”
“ Made,tolong jangan sangkut pautkan derajat dalam perasaan kita” kata devi mata nya mulai berkaca-kaca
“Aku tahu , orang tua kamu pasti tidak menyetujui hubungan kita”
“ Baik lah nanti aku coba bicarakan sama mama”
“ tapi “
“ tidak ada tapi-tapian, kamu sayang kan sama Devi ? “
“ ya “
“ Ya sudah, untuk sementara ini kita Back Street dulu, sampai aku punya waktu yang pas untuk membicarakan hal ini kepada mama dan ayah” kata Devi setengah memaksa
“ Baik lah Devi, ayo kita sama mereka lagi, nanti mereka malah curiga,” ajak Made

Devi hanya mengikutinya dari belakang
“ dari mana kamu Devi “ kata Ny Wayan ketika Devi samapi di dalam rumah,
“ Ngobrol sama Made di belakang”
“ yasudah, sekarang kamu lekas mandi,sudah bau “
“ hhehe, iya mama, oh ya ma nanti malem boleh gak Devi pergi ? “
“ Pergi kemana ? “
“Devi ingin jalan-jalan”
“Yasudah, tapi dengan syarat”
“ kok pake syarat sih mam?”
“ mau nggak?”
“ iya deh iya, apa syarat nya, “
“ kamu harus ditemani sama Made”
Alangkah senang nya hati Devi mendengar syarat itu, tapi tidak dia tunjukkan “ Oke deh, Devi mandi dulu”

Kencan Pertama
Setelah waktu menunjukkan pukul 18.30 Devi sudah bersiap-siap untuk pergi bersama Made, dia pamitan sebelum pergi.
Devi dan Made menunggu taksi di depan gang, tidak lama taksi pun dating, segera Made menyetop taksi dan mereka naik , mereka menuju Monas. Sepanjang perjalanan mereka saling bercanda, hingga pak sopir pun ikut tertawa melihat kelakuan mereka berdua yang tingkahnya seperti anak TK. Tidak terasa merka sudah sampai di Monas, mereka berjalan bergandengan, seperti layak nya muda-mudi yang sedang kasmaran . suasana di monas sangat ramai dengan pengunjung, karna kebetulan mala mini adalah malam minggu, di sana mereka melihat-lihat berbagai macam pertunjukkan. Setelah lelah berjalan-jalan Devi mengajak Made duduk-duduk di Taman.
Mereka saling rangkul, sambil mengobrol, bercanda
Tidak sengaja mata mereka saling beradu,cukup lama mereka saling memandang, entah siapa yang mulai mereka sudah berciuman dengan hangat.
Devi melihat jam tangan nya sudah menunjukkan pukul 22.12 Devi mengajak Made untuk pulang, takut ibu nya khawatir.
Sepanjang perjalanan Devi tertidur di pelukan Made, dia merasa sangat tenteram berada dalam pelukan Made.

Ketika hamper sampai rumah,Devi di bangunkan
“ Made, terima kasih untuk mala mini, Devi sangat sayang sama Made, jangan pernah tinggalkam Devi” ujar Devi lirih
“ Sama-sama, sampai kapan pun Made akan menjaga kesetiaan cinta kita Devi” balas made penuh kasih
“ Hanya maut yang memisahkan kita Made”
“ Yach, aku berjanji pada mu, dan aku bersumpah, tak akan aku kecewakan mu” Ujar Made dengan sungguh-sungguh, tak lama suara petir menyambar,seolah memegang sumpah janji Made kepada Devi,
“ Aku sayang kamu Made” Devi memeluk Made sambil meneteskan air mata.
Made lalu langsung mengajak Devi pulang, karna akan turun hujan, belum sampai rumah,mereka sudah di guyur hujan, Made membuka jaket nya dan menyelimutkannya pada tubuh Devi, sungguh Romantis yang dia lakukan itu

Ketika sampai di rumah,ternyata ayah nya sudah menungu nya, dari Raut wajah nya menandakan dia sangat marah melihat Made merangkul Devi.
“ Dari mana kalian !!” bentak ayah Devi
“ ayah,, kapan datang ?” Devi mencoba mengalihkan pembicaraan
“ Jawab, dari mana kamu sama bocah gembel ini !!
“ Dia bukan gembel ayah, dia Made, dia kerja disini membantu mama” Devi menjelaskan namun ayah nya sudah naik pitam, lantas memukul Made dengan keras, hingga Made terjungkal.
Devi mencoba menahan ayah nya, namun dia tidak sanggup
“ Kamu tidak pantas dekat-dekat anak saya! Devi sudah saya jodoh kan dengan anak tunggal pengusaha kaya”

Devi kaget mendengar pernyataan itu, dia langsung lari ke kamarnya, dia menangis sejadi-jadi nya, Ny Wayan menyusul Devi mencoba menenangkan Devi, akhirnya Devi berkata jujur pada ibu nya
“ ma,aku sama Made sudah pacaran,”
“ ya mama tahu” kata mama nya tenang
“ Devi sangat mencintai Made, begitu pun Made”
“ Mama mengerti perasaan kamu, tapi kamu tau sendiri, sifat ayah kamu itu keras, dan tidak mungkin kita membangkang pa yang tlah jadi kehendaknya”
“ Tapi Devi sama sekali tidak cinta sama calon dari ayah mam, tolong Devi mam” Devi memeluk ibunya sambil menangis
Sementara itu di luar rumah nya, masih dalam hujan lebat ayah Devi memukuli Made hingga babak belur, beruntung Hendi melihat kejadian itu, dan langsung melerai ayah Devi yang sudah kesetanan, bahkan Hendi mengancam akan melaporkan pak Komang pada polisi dengan tuduhan penganiayaan.
Akhirnya pak Komang masuk dan membanting pintu, sementara itu Made langsung di masukkan ke dalam Mobil Hendi dan membawanya kerumah Sakit Terdekat..

Made langsung mendapat perawatan Intensif, karena lukanya cukup parah. Hasil Laboratorium Made menderita luka dalam karna pukulan yang sangat keras di bagian dada nya. Di bagian kepala Made terdapat luka yang cukup dalam, mengakibatkan dia kehilangan banyak darah.
“ Bagai mana keadaan teman saya dok” kata Hendi ketika Dokter yang menangani Made keluar ruangan,

Tapi Dokter itu tidak langsung menjawab, setelah beberapa saat dia baru mengeluarkan suara
“ Maaf kan kami pak, kami sudah berusaha semampu kami, tapi adik anda mengalami pendarahan yang cukup hebat di bagian kepala” kata dokter itu dengan wajah sedih
“ Jadi adik saya meninggal “ kata Hendi yang mengaku bahwa Made itu adik nya, dia sangat merasa bersalah tidak bisa menyelamatkan Made
Dokter itu hanya diam, dan mengajak Hendi ke ruangan nya.

Sementara itu Devi sangat cemas menghawatirkan Made, sedangkan ayah nya masih terus mengomeli Devi.
“ Kamu harus nurut apa kata Ayah, ini semua demi kebaikan kamu !” Kata ayah nya
“ Kebaikan apa ! Ayah malah menghancurkan hidup Devi, menghancurkan masa depan Devi !

Plaaakkk !!!
“ayah !! jangan main pukul sama anak sendiri “ sergah mama Devi seraya memeluk Devi memberi perlindungan
“ Pukul saja yah, pukuli Devi seperti ayah memukuli Made, pukul Devi sampai ayah puas ! pukul Devi sampai Devi mati”
“ Diam kamu Devi, ayah tidak mau tahu, minggu depan I Gusti datang kemari bersama keluarga nya, mereka akan melamar kamu”
“ Devi tidak mau, Devi masih ingin Kuliah ayah, Devi belum mau menikah sampai Devi jadi seorang Dokter”
“ Baik lah jika kamu belum mau menikah, tapi turuti ayah, kamu harus menerima lamarn orang tua Gusti!
“ Tapi Devi tidak cinta sama dia, bahkan Devi belum pernah bertemu dia, apa lagi harus mengenal dia”
“ Cinta bisa datang Devi jika kamu sudah bertunangan dengan nya,buat apa kamu mengharapkan pemuda yang tidak jelas asal usul nya itu”
Devi hanya menangis, ayah nya meninggalkan nya di kamar,
“ Ma, tolong tinggalkan Devi sendiri, Devi sedang tidak ingin di ganggu”
“ Maaf kan mama sayang, mama tidak bisa berbuat apa-apa, mama tidak sanggup melawan kehendak ayah mu”
Devi hanya mengangguk, Devi kembali menangis hingga larut malam Devi belum berhenti menangis, Devi menangis bukan karna pukulan ayah nya, tapi Devi menangisi pemuda yang amat dia sayangi.

Terkekang
Sudah 2 hari Devi mengurung diri dalam kamar nya, ayah dan mama nya sangat cemas , mama nya membujuk Devi untuk membuka pintu nya, dan Devi pun membukakan pintu untuk mama nya,
“ Devi, makan ya sayang, sudah 2 hari kamu tidak makan, kamu hanya menangisi Made, kalau kamu sakit ayah dan mama pasti sedih, apa lagi Made”
“Bukannya ayah lebih senang melihat Devi seperti ini”
“ Tidak,ayah malah sedih melihat Devi seperti ini, nanti mama bujuk ayah untuk membatalkan rencana ayah untuk menjodohkan kamu dengan Gusti”
“ Sungguh” Kata Devi sedikit bersemangat
“ iya, yang penting kamu makan dulu ya, mama suapin, tadi mama masak kesukaan kamu”
“ iya ma”

Devi makan dengan sangat lahap, bukan hanya karna perut nya lapar, tapi karna mama nya akan menolong nya
“ Ma, bagai mana keadaan Made?”
Mama nya terdiam “ Made baik-baik saja kok sayang” kata mama nya berbohong, padahal dia juga tidak tahu keadaan Made yang sebenarnya.
“ Ma, kalu begitu besok devi mau kuliah ya ma”
“ iya sayang, kamu harus capai cita-cita mu itu”
Setelah selesai makan, mama nya keluar, karna Devi bilang dia ingin mandi,

Setelah mandi, Devi mencoba menghubungi Made, namun No ponsel Made tidak dapat di hubungi
“ kok gak aktif sih,, coba lagi, mungking gak dapat sinyal”
Tapi setelah mencoba sampai 7 kali, tidak juga ada tanda” terhubung dengan Made
“ Apa Made marah sama Devi? “ gumam devi dalam hati
Hingga larut malam, Devi mencoba menghubungi Made,teman Made yang dia kenal, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Made, akhirnya Devi merasa lelah sendiri, dan tertidur.

Keesokan hari nya Devi mencoba lagi menghubungi No poonsel Made, taapi tidak juga aktif
“ Sudah lah, aku harus kuliah dulu baru aku cari yahu di mana Made”
Kemudian Devi berangkat kuliah di antar oleh Sopir ayah nya,tapi setelah sampai kampus, sopir itu di suruh nya langsung pulang.
Seperti biasa Devi duduk-duduk dulu di Taman kampus..
Ketika itu datang lah seorang teman nya yang bernama Hendra yang satu Faultas dengan nya
“Devi. kenapa kamu melamun! Ada apa?” tanya Hendra dengan memegang Devi.
Hendra membalikkan badannya kebelakang. Yang pada saat itu duduknya masih berhadapan pada Devi. Serta merta Hendra tersenyum. Lalu berucap “Dev, itu Dimas.

Temanku di UK3 (Unit Kerohanian Kristen Katolik)”
“Oh.” Devi hanya mengangguk pelan saat itu

Tak lama Dimas mendatangi kami berdua.
“Hendra, kamu dicari Wiwi tuh!” ucapnya kepada Hendra.
“Oh, dimana dia sekarang?” Tanya Hendra
“Dikantin Fakultas Ekonomi!” ucapnya lirih.
“Oh ya, kenalin nich! Temanku” sambil menunjukku
Tak lama dia tersenyum. Aku membalas senyumannya.
“Dimas, Dimas Prabudi lengkapnya!” ucapnya sambil menyodorkan tangannya kepadaku untuk berjabat tangan.
Tangannya putih sekali. Seputih iklan produk pemutih. Jiwa ini berontak
Sungguh, benar-benar inilah yang disebut ujian. Ujian untuk menaikkan tingkat

Kesetiaan.
“Devi,Devi Pramesti lengkapnya” balas Devi dengan merapatkan kedua telapak

Tangan nya kearah dada.
Dengan serta merta Devi menarik tangannya kembali, serta merapatkan kedua telapak tangannya kearah dadanya. Dia terlihat mengerti apa yang Devi maksud.
“Dimas ini ketua UK3 loh, Dev!” ucap Hendra dengan nada suara yang bermaksud tertentu. Entah apa maksudnya, mungkin dia memperingatkan Devi untuk berhati-hati dengannya.

Dimas saat itu hanya tersenyum simpul.
“Devi, aku tahu kamu! Kamu adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran kan?” ucap Dimas

Devi tersenyum lalu berkata “iya, kok kamu tahu? Apakah kita pernah ketemu?”
“Iya, kita pernah bertemu! Disuatu tempat, ingat-ingatlah kembali!” jawabnya penuh maksud yang tersembunyi
“Hem, dimana yach?” tanya Devi penuh tanda tanya.
“Ada deh! Pikir dulu aja. Oh ya udah dulu yach, aku masih ada keperluan lagi. Aku tadi hanya menyampaikan pesannya Wiwi aja kok!” ucap Dimas

Saat Dimas akan meninggalkan Devi dan Hendra. Tatapan matanya terlihat sendu mengharapkan sesuatu kepada Devi. Entah apa itu. Devi tak tahu, karena Devi langsung menundukkan pandangannya.
“iya, hati-hati yach! Kalau ketemu Wiwi bilang, bentar lagi aku kesana. Aku masih ada urusan sama Devi” ucap Hendra.
“Devi,” panggil Hendra
“Iya apa Hend!” ucapnya
“Ganteng, yach?” ucap Hendra
“Siapa?” ucap Devi berlagak tidak tahu. Meskipun Dia tahu yang dimaksud adalah Dimas.
“Ah, kamu. Sok! Dimas maksudku” ucap Hendra mempertegas
Devi tersenyum, “iya, Ganteng! Kenapa?” tanya Devi balik
“Dev, aku kasihan kepada Dimas!”
“Kasihan kenapa?”
“Dimas, adalah anak dari Pendeta Joseph”
“Hem! Lalu kenapa?” tanya Devi penasaran
“Aku kenal Nova sejak kecil, Dev! Dan rumah Dimas berada di sebelah rumahku. Pendeta
Joseph adalah teman Papaku, Dev. Pendeta Joseph sering memukul Dimas, jika Dimas tidak mau mengikuti perintah dari Pendeta Joseph. Kamu tahu nggak Dev. Pernah suatu kali

Dimas di aniaya hingga sekarat!” ujar Hendra
“Lalu, gimana. Apa Pendeta Joseph di laporkan pada polisi ?”tanya Devi
“Nggak Dev!”
“Loh, kenapa?”
“Iya, karena Dimas telah melanggar peraturan dan dipukul habis-habisan oleh Pendeta Joseph. Dan keluarganya mengucilkan dia. Dimas pernah disekap dalam kamarnya. Karena kamar Dimas berhadapan dengan kamar adikku yang perempuan.
Sehingga aku bisa melihat kondisi Dimas pada saat itu. Benar-benar kasihan dia,.

Pakaiannya lusuh, dan dia tidak diberikan makanan apapun. Tapi aku dan adikku sering melemparkan roti kering dan air kemasan kearah kamarnya” Cerita Hendra dengan serius.
“Hem..!” Devi cuma manggut-manggut
“Sebenarnya, aku juga mau cerita sesuatu kepadamu Dev!”
“Apa, Hend? Masalah tadi? Atau masalah Dimas lagi!”
“Ini bukan masalahku yang tadi Dev! Tetapi ini masih ada hubungannya dengan Dimas!”
“Apa itu Hen?” tanya Devi
“Gini Dev, di UK3 sedang merencanakan program Baksos (Bakti Sosial) ke desa-desa kumuh. Aku nggak suka dengan program mereka Dev!”
“Loh, kan bagus Hen!” sela Devi
“Bagus sih bagus. Tapi ada yang janggal dari Baksos itu! Kenapa yang melakukan

Baksos adalah orang-orangnya pendeta Yoseph. Yang aku sesalkan Baksos itu atas nama dan dana dari kampus. Nah ini kan nggak etis. Seharusnya kalau itu Baksosnya UK3, ya seharusnya kan mahasiswa-mahasiswi anggota UK3. Bukannya anak buah pendeta Yoseph. Nah ini yang janggal. Dev. Dan ini sudah dilaksanakan oleh mereka.” Tutur

Hendra serius.
“Oh, jadi seperti itu yach!” ucapku Devi sejenak.
“Devi, kamu melamun lagi! Ada apa Dev?”
“Oh, nggak Hen! Aku cuma lagi mengingat-ingat aja kok!” jelasnya
“Apa yang sedang kamu ingat-ingat,Dev?”

Devi hanya tersenyum sambil mengatakan
“Ada deh!”
. “Hen, sorry! Aku ada jam sekarang.Besok kita lanjutkan lagi ngobrol kita” ucapnya
Hendri tersenyum sambil mengatakan “Ok, Dev! Ya, besok kita lanjutkan.”

Jilid 11
Ternyata Made tidak meninggal, sewaktu dokter mengajak Hendi keruangan nya dokter itu menjelaskan hanya ada satu cara, yaitu harus mengoperasi nya, dan membutuhan biaya yang cukup besar, sekitar 15 juta,
“ Jika itu memang akan menyelamatkan adik saya, lakukan lah dok” kata Hendi
“ Aku harus menyelamatkan Made, bagai mana pun dia berhak untuk hidup” ucapnya dalam hati,

Hendi kemudian menanda tangani surat ijin operasi terhadap Made, setelah itu, dia pamit untuk mengurus administrasi, dia mengambil uang tabungan nya di bank, setelah urusan selesai kemudian Hendi, pulang ke kontrakan nya, dan memberitahukan kepada Rani, bahwa jangan pernah bilang pada siapa pun tentang Made, Rani pun setuju. Tapi Rani terlihat kebingungan
“Saya bingung mas” kata Rani
“ Bingung kenapa, “
“ saya harus kerja di mana lagi, sedangkan warung bu Wayan sudah di tutup sama pak Komang yang kejam itu”
“ Kamu tidak usah khawatir, kamu bisa kerja sama saya disini, kamu bantu saya mengurus rumah ini.”
“ tapi mas, saya tidak mau merepotkan mas”
“ saya bukan nya repot tapi malah saya merasa pekerjaan saya akan lebih ringan” kata Hendi, lalu dia melanjutkan lagi “ tapi kamu tidak disini kerja nya”
“ terus dimana mas ? “ Tanya Rani bingung
“ Di kontrakan saya yang baru”
“ Jadi mas Hendi mau pindah gitu”
“ enggak”
“ Lah kok bilangnya kontrakan baru mas hendi”
“ Gini loh, status nya memang kontrakan saya, tapi yang mengurus kamu, sedangkan saya tetap disini”
“ oh gitu, ya sudah saya mau mas, tidak di gaji juga tidak apa-apa, asal saya bisa makan”
“ ah kamu ini, tidak mungkin kalau saya tidak menggaji kamu”

Rani hanya tersenyum
“ Tapi di sana nanti kamu bukan hanya mengurus kontrakan Ran,”
“ lalu apa mas ?” Tanya Rani dengan wajah lugu nya
“ Kamu harus merawat Made sampai dia sembuh ya, saya tahu, kamu pasti mau merawat dia, karna kamu suka kan sama made” Goda Hendi
“ Kok mas Hendi tahu”
“ Semua nya aku tahu.. yasudah kalu gitu kamu saya antar kesana ya”
“ iya mas”
“ eeiitss ada yang lupa,”
“ apa lagi toh mas”
“ kita harus belanja dulu buat kebutuhan kalian nanti”
“ Oke lah” kata Rani
Mereka pun belanja keperluan sehari-hari, setelah selesai Hendi langsung mengantarkan Rani.

Bertemu Made
4 Bulan kemudian, kehidupan Devi berjalan Normal, tapi tidak dengan Made, dia menderita Amnesia.
Saat itu Devi terpaksa menerima Lamaran I gusti karna ayah nya terus memaksa, bahkan mengancam Devi akan di berhentikan kuliah jika menolak. Dan ayah nya mengatakan bahwa Made sudah pergi jauh dan tidak akan mungkin kembali,,
Ketika itu Devi sedang jalan-jalan di sekitar Monas, dimana dulu dia bersama Made memadu kasih, kemudian dia menuju taman tempat pertama kali devi meraskan kehangatan orang yang amat dia sayangi,
Tapi jantung Devi mendadak berhenti , dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Di taman itu ada sepasang muda-mudi sedang bercanda mereka adalah Made dan Rani, lalu Devi menghampiri mereka.
“ Made, Rani”
“ Mbak Devi, apa kabar”

Plaak!!
Namun bukan jawaban dari Devi yang di dapat oleh Rani, tapi sebuah tamparan
“ Mbak, apa-apaan sih, kok nampar Rani”
“ Kamu yang apa-apaan, kamu bilang tidak tahu menau tentang Made, tapi ternyata kamu yang menyembunyikan Made dari saya” kata Devi penuh amarah dan Dendam
“ Mbak, Rani bisa jelas kan”
“ Tidak ada yang perlu di jelaskan, semua sudah jelas, kamu penghianat, kamu diam-diam suka sama pacar saya Made”
“ Mbak,ini Bukan Made”
“ Tidak mungkin, saya tahu betul, dia Made”
“ Dia Bagas mbak”
“ terserahyang aku tahu dia ini Made Chandra kekasih ku, dan kamu telah merebutnya dariku, bahkan meracuni pikiran nya”

Sementara itu Bagas (Made) hanya diam, dia tidak mengerti apa yang mereka ributkan.
“ Sayang, lebih baik kita pergi, buat pa meladeni orang ini, lalu siapa Made yang dia maksud ini” kata Bagas kemudian
“ S A Y A N G ??”
Alangkah hancurnya hati Devi mendengar kalimat itu
Bagas dan Rani pun meninggalkan Devi.
Ucapan Bagas masih terngiang jelas di telinganya, Devi melangkah dengan hati yang hancur, dia berjalan sambila menangis, namun tiba-tiba suara berdenyit ban mobil mengagetkan nya, tak ayal lagi dia tertabrak mobil yang melaju sangat kencang, hingga sang sopir tidak mampu mengendalikan stir nya, dan menabrak Devi
Devi terpental, dan tewas seketika
Orang-orang yang ada di situ berhamburan ke TKP
Sang sopir lalu turun, dan alangkah terkejutnya dia, karna yang dia tabrak itu adalah anak nya sendiri.
Pak Komang menangis sejadi-jadinya, tidak lama kemudian polisi datang dan menangkap pak Komang, seberapa pun rasa penyesalan nya, tak akan mungkin bisa merubah hukum yang berlaku terhadap pelanggaran lalu lintas yang menyebabkab orang meninggal dunia.

Ending
Beberapa bulan setelah Devi meninggal akhirnya Made menikah dengan Rani,gadis yang benar-benar tulus menyayangi nya, selalu ada di setiap dia membutuhkan nya,
..

Itu lah akhir dari perjalanan Cinta Devi si Gadis bali yang berakhir dengan kematian

T A M A T

SAMPAI KAPAN AKU HARUS MENUNGGU

Disini, di bawah sinar rembulan. Aku selalu menunggunya, menunggu dia yang aku cintai. Walaupun sia-sia saja penantian ini.

Aku seorang yang bisu. Bisu dalam cinta. Tak pernah aku ungkapkan rasa rinduku padanya. Bahkan hanya air mata yang keluar dari mataku ketika mengingatnya.
Dulu aku dan dia selalu bersama di dalam sebuah persahabatan. Di masa susah dan senang. Tak pernah kita terpisah. Hingga pada suatu saat aku harus menerima kenyataan pahit bahwa dia harus berpisah dariku.

Belanda. Dia di Belanda. Di sebuah negara yang membuat dirinya sendiri damai. Membuat kebebasan mutlak bagi dirinya sebagai seorang gay. Mungkin semua orang berpikir bahwa aku ini wanita bodoh yang tidak bisa mencari seorang pria sejati. Tidak! Aku tegaskan pada kalian! Dia pria sejati dimataku. Dia sosok yang tegas. Dialah yang membuatku merasa berbeda.
Sampai Kapan Aku Harus Menunggu
Selama kami bersahabat. Tak pernah aku lihat dia menyukai sesama jenisnya. Bahkan semua orang menganggap kami sebagai sepasang kekasih. Kami bersahabat semenjak kami duduk di bangku SMA. Entah mengapa, kami selalu masuk dalam kelas yang sama saat pembagian. Sehingga itu membuat kami tak terpisahkan. Aku benar-benar merasakan ada cinta diantara kami. Namun semua itu pupus semenjak dia berkata tentang kehidupannya yang sebenarnya menjelang hari kelulusan. Hatiku sakit. Sepertinya percuma saja aku mengungkapkan cintaku padanya,
“La, maafin gue ya.” katanya pelan,
“Maaf kenapa Joe?” tanyaku,
“Sheila. Gue gu-gue...”
“Lo kenapa?”
“Gue gay La.”

Mendengar ucapannya itu hatiku serasa tersayat. Seorang Joe yang sangat terkenal sebagai pria tertampan di sekolah dan terkenal pandai itu ternyata gay. Aku seperti tertampar.
“Lo bercanda kan?”
“Eng-enggak La.”
“Nggak mungkin. Gue nggak pernah lihat lo pacaran sama cowo!”
“Ta-tapi gue pernah backstreet sama...”
“Sama siapa Joe?”
“Randy.” jawabnya singkat dan dia menundukan kepalanya.

Randy? Aku benar-benar tidak percaya. Randy adalah mantan pacarku. Dan dia juga gay? Apa nasibku yang mencintai seorang pria gay? Kenapa?
“Joe! Apa lo nggak nyadar kalo selama ini ada cewe yang bener-bener sayang sama lo?” Bentakku,
“Maaf La. Tapi gue beneran bahagia dengan keadaan ini.”
“Lo bodoh Joe! BODOH!” Bentakku lagi, lalu aku pergi meninggalkannya.
Aku masih terpukul dengan ungkapan Joe. Aku merasa terbunuh saat itu. Padahal aku ingin mengatakan bahwa aku mencintainya lebih dari sahabat. Mulutku membisu dengan sendirinya. Hanya air mata yang mengalir dari mataku ini.

Setelah kelulusan, Joe melanjutkan kuliahnya ke Belanda. Dia hanya beralasan bahwa disana dia ingin belajar dengan baik. Namun aku tahu alasan sesungguhnya. Agar dia bisa bebas menikmati penyakitnya. Penyakit gay yang sangat menjijikanku.
Walaupun aku tidak bisa memaafkannya. Aku masih saja menunggunya. Aku masih saja mengenangnya. Aku menjadi bodoh karena cinta. Namun aku bisu dengan cinta.
Tiga tahun kemudian aku menerima sebuah surat dari Joe. Sebuah kabar bahwa dia akan pulang ke Indonesia sebulan kemudian. Tepat saat Valentine. Aku hanya menunggunya dengan sabar. Walau hatiku masih terluka menerima kenyataannya.

Hari Valentine tiba. Joe benar-benar kembali. Dia memberiku sebuah hadiah. Dia menyatakan cintanya padaku. Dia berkata bahwa dia sudah tidak mau memiliki pasangan sejenis lagi. Namun itu sungguh membuatku bingung. Aku benar-benar membisu ketika dia berkata cinta.
Aku memang menerima cintanya. Dia hadiah terindah di hari Valentine ini apalagi sekarang dia memang sudah jauh berbeda. Dia Sarjana sekarang. Dia lulusan Belanda. Dia memang hebat karena hanya dalam tiga tahun saja dia sudah bisa lulus sedangkan aku masih menunggu setengah tahun lagi untuk lulus.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setelah aku tahu bahwa Joe positif HIV. Apakah ini alasan dia untuk tidak lagi gay? Lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku ingin marah, namun di dalam hatiku aku masih mencintainya.

Apapun kondisi Joe aku tetap mencintainya. Hingga dia benar-benar tidak berdaya dan hanya terbaring di atas tempat tidur. Sudah satu minggu dia menginap di rumah sakit dengan kondisi yang semakin parah.
“Sheila.” Ucapnya lirih,
“Joe? Lo harus kuat!” Kataku,
“Kapan gue bisa pulang ke rumah?”
“Tunggu kondisi lo membaik ya?”
“Ya. Gue pengen keluar dari kamar. Gue bosen tidur terus.”
“Oke. Gue bawa lo ke taman ya?”
“Iya.”

Aku membawa Joe ke taman untuk melihat matahari tenggelam. Sebenarnya aku sangat sedih melihat kondisinya sekarang. Dulu dia seorang yang benar-benar kuat dan selalu menang dalam pertandingan basket. Namun, dia menjadi lemah dan tak berdaya.
“Sheila. Selama gue sama lo. Gue nggak pernah bikin lo bener-bener bahagia.” katanya,
“Nggak kok. Lo itu segalanya buat gue. Lo selalu bikin gue bahagia. Coba kalau gue nggak bahagia. Gue nggak bakalan cinta sama lo.”
“Ah lo bisa aja. Oh ya, lo harus inget gue setiap malem. Apalagi waktu matahari tenggelam.”
“Emang lo mau balik ke Belanda lagi?”
“Enggak. Gue mau balik ke tempat yang bener-bener indah.” lalu dia tersenyum,
“Jangan bercanda deh!”
“Gue serius. Gue bakal tenang disana. Apalagi kalau lihat lo.”
“Nggak! Mending gue nggak lihat matahari tenggelam daripada lo pergi.”
“Cepat atau lambat gue bakal pergi La.”
Air mataku menetes. Hatiku tersayat setelah mendengar perkataan Joe. Apa aku harus menunggunya lagi? Sampai kapan?

Selama aku menghapus air mataku, aku tidak sadar kalau hal buruk menimpa Joe. Seketika darah dari hidungnya keluar begitu saja. Aku sangat panik ketika melihat wajahnya yang begitu pucat dan sepertinya ia menahan sakit.
“Joe! Lo nggak pa-pa kan?” Tanyaku dalam kepanikan,
“Eng-enggak pa-pa kok.” jawabnya pelan dan dia benar-benar menahan sakit,

Aku membawanya kembali ke kamarnya. Walau aku tahu darah seorang positif HIV itu mengandung virus dan dapat mengancamku. Aku tetap bersedia untuk menghapusnya,
“Udah La! Jangan ikutan hapus darah gue. Ntar lo ketularan!” kata Joe merasa bahwa dia menjijikan,
“Nggak Joe! Gue nggak peduli sampe gue mati juga nggak peduli.”
Sepertinya Joe benar-benar tidak kuat dengan kondisinya itu. Aku merasakan bahwa dia sangat kesakitan. Lalu dia tidak sadarkan diri.

Semenjak itu, aku berusaha untuk menjaga Joe. Dia sangatlah berharga bagiku. Aku tidak mau menunggunya lagi. Aku ingin selalu bersamanya. Namun takdir berkata lain. Tidak ada kuasa yang lebih besar daripada kuasa Tuhan. Di hari ulang tahunnya yang ke dua puluh dua, dia pergi untuk selamanya.
Hanya air mata yang bisa aku berikan untuknya. Aku mengingat senyumannya ketika ia akan pergi. Senyuman kedamaian di wajahnya. Dan lagi-lagi aku tidak mampu berbuat apapun. Aku hanya terdiam membisu.

Malam ini semakin dingin saja. Udara dingin ini menusuk tulangku bersama kenangan akan Joe yang sudah aku uraikan. Sampai sekarang aku tetap menunggunya. Menunggu sebuah hal yang sia-sia. Menunggu hal yang sudah pergi. Rasa cinta yang abadi membuatku rela untuk selalu mengenang dan menunggunya. Hanya satu pertanyaanku. Sampai kapan aku harus menunggu?

-The End-

CINTAKU PADA SUAMIKU TAPI CINTAKU BUKA UNTUK MERTUAKU

Rumah kecil berdiding tepas bambu, dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan alas berlantaikan tanah, disitu tinggalah satu keluarga yang hidup serba kekurangan. Sebut saja namanya nek Anom. Beliau tinggal bersama cucunya yang bernama Bagus dan kek Paijan. Hidup yang penuh kekurangan tidak menjadikan keluarga ini melakukan yang tidak terpuji. Biarpun sudah tua, mereka masih saja bekerja demi sesuap nasi dan demi menghidupi cucunya yang tinggal bersamanya.
“Gus....bagus.... ooo..gus!! dimanalah kamu nak, udah jam segini kok gak siap-siap ke sekolah, ntar kamu terlambat ke sekolah. Terdengar suara nenek yang memanggil cucunya dari gubuk bambu.

Bagus adalah cucu nek Anom. Dia diasuh sejak kecil. Orangtuanya sudah lama menitipkannya kepada nek Anom, karena mereka harus bekerja keluar negeri sebagai TKW. Jika bicara tentang bagus, Ya.... dia anak yang bisa dibilang sedikit bodoh, karena faktor ekonomi membuat dia kurang mendapatkan gizi baik saat pertumbuhanya sehingga menginjak 9 tahun dia masih belum bisa baca dan tulis. Melihat kehidupan mereka, kepala desa tempat dia tinggal memberi bantuan kepada mereka dan menyekolahkan cucunya dengan Cuma-Cuma. Semua biaya sekolah ditanggung pihak desa setempat. Namun, karena bagus punya sifat yang agak idiot tidak ingin melanjutkan sekolah.

Cintaku pada Suamiku Tapi Cintaku bukan untuk Mertuaku
Hari lebaran yang ditunggu-tunggu umat islam telah tiba. Dimana banyak warga sekitar yang sibuk mempersiapkan untuk menyambut datangnya hari kemenangan itu. Ada yang pergi untuk membeli pakaian bagus-bagus untuk dipakai dihari raya, ada yang membersihkan rumah dan mengiasa rumah, ada yang sibuk di dapur untuk memasak. Namun tidak untuk keluarga nek Anom. Keluarga yang tinggal menumpang dengan warga itu hanya bisa duduk terdiam dan tidak melakukan hal yang istimewa untuk menyambut hari bahagia itu. Jangankan untuk membeli pakaian bagus, untuk makan sehari-hari saja mereka kekurangan.

Nek Anom sedih melihat cucunya Bagus. Dalam hati kecilnya nek Anom ingin sekali membelikan baju untuk bagus. Tapi dia hanya bisa berniat dalam hati. Orangtuanya yang menjadi TKW tidak pernah mengirimkan uang kepadanya. Bahkan untuk menanyakan kabar tentang mereka saja tak ada.
Kek Paijan yang bekerja mencari pucuk padi di sawah-sawah tentangga tidak bisa diharapkan lebih untuk mewujudkan niat itu. Ditambah lagi dengan kondisi kek Paijan yang cacat, dimana kaki kanannya tidak bisa berfungsi sejak dia lahir.

Melihat itu kadang tentangga memberi bantuan berupa makanan, dan pakaian bekas yang bisa mereka gunakan. Yang lebih sedih jika tanah yang mereka tumpangi itu harus direlakan dipakai kembali oleh si pemilik tanah itu. Sedihlah nek Anom dan kek Paijan untuk mencari tempat tinggal walaupun hanya sekedar menumpang.

Jauh dari kondisi ekonomi nek Anom, ada salah satu anak nek Anom yang sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan mereka tinggal disekitar itu juga. Pak kijan adalah anak nek anom yang menikah dengan istrinya yang bernama Ijum. Kehidupan mereka serba kecukupan. Rumah berdindingkan batu, berlantai keramik dan memiliki beberapa sawah yang lumayan lebar. Dengan kondisi yang begitu mewah, tak terlintas dipikiran ijum untuk membawa mertuanya tinggal bersamanya bahkan memberikan tupangan tanah pun enggan dia lakukan.

Lebaran pun dia lewatkan untuk bersilahturahmi ke rumah mertuanya yang miskin itu. Seperti cerita malin kudang saja yang lupa dengan ibunya. Tapi ini nyata apa adanya. Sungguh malang nasib nek Anom yang miskin dan harus menahan perih dari prilaku menantunya itu.

Sampai suatu saat kek Paijan jatuh sakit yang cukup lama, ijum menantu nek Anom tidak ada sedikitpun melihat ataupun menjenguknya. Hanya anak lelakinya saja yang melihat tetapi bantuan uang atau yang lainnya tidak didapat untuk kek Paijan. Sungguh tega si ijum kepada mertuanya itu. Harta yang berlimpah begitu tak bisa ia sisakan sedikit untuk membantu. Hari kehari kondisi kek Paijan sungguh memperhatinkan. Warga yang iba melihatnya memberi bantuan untuk mengobati penyakitnya. Tapi dengan kondisi yang sudah tak muda lagi, kek Paijan tidka bisa bertahan lama. Selang berobat beberapa minggu, kek Paijan menghembuskan nafas terakhirnya di gubuk tua yang ia tinggali.

Sejak kepergian kek Paijan, kehidupan nek Anom semakin memburuk. Khusunya kondisi ekonomi yang kian tak bisa ia penuhi. Nek Anom bekerja kesana kemari membantu warga untuk mendapatkan uang untuk kehidupannya. Dengan susah payah nek Anom bertahan hidup, sedikitpun tak ada niat si ijum untuk membantunya apa lagi membawa mertuanya tinggal. Ia biarkan saja mertuanya itu hidup dalam kesusahan.

1 tahun berlalu sejak kepergian kek Paijan, nek Anom masih bisa bertahan menyambung hidupnya dan cucunya. Ya... si bagus cucunya memiliki terbelakangan mental sudah tumbuh menjadi anak remaja tanggung. Dia mulai bisa bekerja untuk membantu kehidupan ekonomi neneknya itu. Kadang dia bekerja sebagai kuli batu, atau bekerja dengan tentangga lainnya. Sedikit demi sedikit si bagus bisa menyembuhkan kondisi keuangan neneknya itu.

Malang tak bisa ditolak takdir tak bisa dihindar. Mungkin itu kata-kata yang bisa dipakai untuk menantunya nek Anom. Musim panen padi yang lalu, si ijum gagal panen dan merugi besar akibat yang kerusakan padi. Padi yang ia tanam terserang hama penyakit yang menyebabkan gagal panen. Selang beberapa bulan, suami si ijum meninggal dunia karena darah tinggi. Kepergian suaminya itu tak juga membuka mata hatinya kepada mertuanya. Apa lagi suaminya sudah tidak ada, dia bahkan lebih tega dan lupa kepada mertuanya itu. Ibarat kacang lupa dengan kulitnya. Meskipun dia tinggal dengan anak-anaknya tetapi sikap angkuh dan sombongnya juga tidak berubah. Ditambah lagi kondisi ekonominya yang mulai merosot tanjam jauh dari kesuksesannya tidak juga menyadarkan dia kepada keluarganya.

Sungguh menantu yang tidak tau balas budi. Cinta dengan anaknya tak cinta dengan keluarganya, mau dengan hartanya tak mau dengan kesusahan keluarganya. Ternyata Allah tidak tidak tidur dengan apa yang dia perbuat. Apa pun yang ia tanam di sawah selalu gagal. Dan waktu pesta pernikahan anak gadisnya menjadi ancur-ancuran. Dimana ujan deras melanda tak ada hentinya, para undangan juga enggan datang dengan kondisi cuaca itu. Dengan kegagal tersebut hutang pun menumpuk. Sedikit demi sedikit sawah yang ia punya terjual juga.

Sedangkan nek Anom sekarang tinggal jauh dari menantunya itu dan ikut bersama anak dia yang lain. Mungkin cobaan akan terus terjadi kepada orang yang sudah tidak tau balas budi. Kini si ijum hidup sudah hampir sama dengan kondisi mertuanya dulu. Semoga aja ini menjadikan pelajaran kepada kita agar tidak menjadi anak yang durhaka kepada siapa pun. Hidup janganlah sombong dan jadilah orang yang bersifat arif dan baik.

 

Blogger news

Blogroll

About

CERITA SEDIH © 2012 | Template By arif rahman