Ratna. Adalah seorang wanita Jogja yang pandai, cantik, dan sangat
berbakti pada orangtuanya. ibunya hanya seorang pembuat batik sekaligus
penjualnya, ayahnya sudah lama meninggal dunia. Hidup Ratna dan ibunya
serba sederhana. Ratna bisa berkuliah karena kepandaiannya, ia mendapat
beasiswa. Kesederhanaan yang membuat Ratna bersemangat untuk belajar
dengan sungguh-sungguh.
***
“Bu, Ratna berangkat ya.”
“Nak, sepulang kuliah tolong antarkan batik ini ke rumah bu Yulia, ini alamatnya.”
“Iya bu, aku jalan dulu ya bu.”
“Hati-hati ya,”
***
“Bu, Ratna berangkat ya.”
“Nak, sepulang kuliah tolong antarkan batik ini ke rumah bu Yulia, ini alamatnya.”
“Iya bu, aku jalan dulu ya bu.”
“Hati-hati ya,”
Sesampainya di kampus, Ratna langsung berlari menuju kantin karena ia
sudah ditunggu olah sahabatnya. Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang.
“Maaf, saya gak sengaja.”
“Maaf? Maaf aja gak cukup! Baju gue jadi kotor. Tau gak, baju ini harganya mahal! Pasti lu gak bakal bisa ganti! Makanya kalo jalan hati-hati. Ini kampus, bukan lapangan. Ngerti lo?”
“Iya saya ngerti. Tapi saya emang gak bisa ganti baju mas yang mahal.”
Orang yang Ratna tabrak langsung pergi. Ratna masih memikirkan baju orang itu. Semahal apa baju itu sampai kotor saja Ratna harus menggantinya?
“Gun maaf aku telat.” ujar Ratna pada Guntoro, sahabatnya
“Iya ora opo-opo. Kamu darimana? Lama banget.”
“Tadi didepan, aku nabrak cowok. Sombong banget cowok itu. Bajunya kotor aja aku harus ganti.”
“Pasti itu si Galih!!”
“Galih?”
“Iya, dia itu anak orang kaya. Makanya dia sombong,”
“Oh gitu. oiya Gun, nanti mau antar aku gak? Aku mau nganterin batik,”
“Ok,”
Sepulang kuliah, Ratna dan Guntoro langsung menuju ke tempat tujuan untuk mengantar batik. Waktu dari kampus sampai rumah bu Yulia selama 45 menit, itupun dengan motor. Untung Guntoro mau mengantar Ratna.
“Pak ini betul rumah bu Yulia?” tanya Ratna pada satpam
“Iya betul, ada perlu apa ya?”
“Saya mau mengantar pesanan batik bu Yulia.”
“Oh silahkan masuk.”
Mereka masuk kedalam rumah, lalu menunggu beberapa menit. Akhirnya bu Yulia datang.
“Ini batik pesanan saya ya?”
“Iya bu.”
“Ini Ratna kan?”
“Iya. Kok ibu bisa tau nama saya?”
“Saya teman ibu kamu. Sudah lama saya gak melihat kamu, setelah melihat sudah gadis yang cantik. Anak saya juga sepantaran kamu,”
“Ma.. aku pulang..” teriak anaknya yang baru pulang. Ternyata anaknya itu Galih.
“Eh ngapain lu ke rumah gue?” teriak Galih pada Ratna dan Guntoro
“Sttt.. Galih, ini anaknya temen mama. Namanya Ratna. Dia kesini mau nganterin kain batik pesanan mama.”
“Oh, nama lu Ratna. Pantes aja lu gak bisa ganti baju mahal gue. Orang miskin!”
“Galih!! Masuk ke kamar! Kamu Cuma bikin gaduh saja.”
“Oh, jadi mama lebih milih anak miskin ini daripada anaknya sendiri. Keterlaluan!”
“Bu, kami izin pulang. Terimakasih,” ucap Ratna dan Guntoro. Hati mereka sangat sakit mendengar perkataan Galih yang semena-mena
“Maafkan Galih ya cah Ayu. Dia memang begitu,”
“Iya bu, Ratna ngerti.”
***
Ratna akhirnya sampai ke rumahnya. Ia langsung membantu ibunya yang sedang menyuci. Tak ada kata lelah dalam kehidupan Ratna. Ia harus mengurangi beban orangtuanya. ketika Ratna sedang menjemur pakaian, ia melihat mobil mewah masuk ke rumahnya. Pemilik mobil itu adalah Galih dan bu Yulia.
“Assalammualaikum.. Ratna,”
“Waalaikumsallam bu Yulia, silahkan masuk.”
Ratna dan ibunya hanya bisa memberi teh manis hangat.
“Bu Siti, kalau ibu tidak keberatan saya mau menitipkan Galih disini selama seminggu. Semoga sifat sombong Galih hilang setelah Galih tinggal disini.”
“Ya semoga saja. Silahkan bu Yulia, saya tidak keberatan.” Jawab Bu Siti
***
Hari demi hari Galih lalui di rumah Ratna yang sangat sederhana. Sejak itu pula sifat sombong Galih mulai berkurang. Setiap berangkat kuliah, Galih naik angkot. Berbanding jauh dengan kehidupan Galih yang dulu, yang selalu naik mobil mewah.
“Ratna, ibu mau ke pasar. Tolong lanjutkan pekerjaan ibu,” ujar bu Siti
“Galih aja yang melanjutkan bu, Ratna pasti capek.” Galih langsung mengambil sapu untuk melanjutkan pekerjaan bu Siti tersebut.
“Gak usah mas Galih, Ratna aja.”
“Udah gak papa Ratna.”
***
Tak terasa sudah seminggu Galih berada di sini. Banyak sekali pelajaran yang Galih dapat. Besok Galih sudah harus balik ke rumahnya yang mewah.
“Mas Galih, ini Ratna bawakan teh hangat dan singkong rebus. Ratna boleh ikut duduk disini?”
“Duduk aja. Ratna, kenapa sih lu baik banget sama gue? Selama ini gue udah jahat banget sama lu. Gue jadi menyesal dengan semua perbuatan gue,”
“Ratna cuma mau buat mas Galih sadar, bahwa semua perbuatan mas Galih itu salah.”
“Selama gue disini, gue jadi ngerti arti kesabaran dan kerja keras. Lu udah gue anggap sebagai guru. Guru kehidupan yang ngajarin arti hidup. Makasih Ratna,”
“Iya mas,”
“Ratna, coba deh lu ngaca.”
“Ngaca? Emang ada apa mas?”
“Wajah kita mirip.”
“Ah masa si mas?”
Ratna bercermin. Kalau dilihat-lihat, mereka memang mirip. Mereka bagaikan anak kembar.
***
Bu Yulia datang untuk menjemput Galih.
“Galih, mama mau ngomong sama kamu.”
“Ngomong apa ma?”
“Sebenarnya ini rumah kamu.”
“Maksud mama? Galih gak ngerti ma.”
“Ini rumah kamu yang sebenarnya. Kamu anak kandung bu Siti, dan Ratna adalah saudara kembar kamu.”
“Apa ma? Mama gak bohong kan?”
“Gak Galih.. mama sudah mengidam-idamkan anak, tapi mama divonis tidak akan bisa punya anak. Akhirnya mama merawat kamu. Bu Siti juga membolehkan.”
“Jadi ibu aku bukan mama, tapi bu Siti.”
“Iya Galih..”
“Bu Siti, Ratna, maafkan Galih.. Galih sudah banyak salah sama kalian. Ternyata bu Siti ibunya Galih, dan Ratna adik Galih.”
“Iya nak Galih, maafkan saya. Dulu saya tidak bisa membiayai kamu dan Ratna. Bu Yulia menginginkan anak, yasudah kamu ibu berikan pada beliau.”
Suasana menjadi penuh tangisan. Galih sangat menyesal.
“Bapak aku mana bu?” tanya Galih pada bu Siti
“Bapak kamu sudah meninggal sejak kamu dan Ratna kecil.”
Tangis Galih semakin menjadi-jadi. Dan, akhirnya Galih menjadi seorang anak yang tak sombong lagi. Hidup Galih menjadi serba sederhana. Akhirnya keluarga bu Siti lengkap dengan kehadiran anak kembarnya, yaitu Galih dan Ratna.
“Maaf, saya gak sengaja.”
“Maaf? Maaf aja gak cukup! Baju gue jadi kotor. Tau gak, baju ini harganya mahal! Pasti lu gak bakal bisa ganti! Makanya kalo jalan hati-hati. Ini kampus, bukan lapangan. Ngerti lo?”
“Iya saya ngerti. Tapi saya emang gak bisa ganti baju mas yang mahal.”
Orang yang Ratna tabrak langsung pergi. Ratna masih memikirkan baju orang itu. Semahal apa baju itu sampai kotor saja Ratna harus menggantinya?
“Gun maaf aku telat.” ujar Ratna pada Guntoro, sahabatnya
“Iya ora opo-opo. Kamu darimana? Lama banget.”
“Tadi didepan, aku nabrak cowok. Sombong banget cowok itu. Bajunya kotor aja aku harus ganti.”
“Pasti itu si Galih!!”
“Galih?”
“Iya, dia itu anak orang kaya. Makanya dia sombong,”
“Oh gitu. oiya Gun, nanti mau antar aku gak? Aku mau nganterin batik,”
“Ok,”
Sepulang kuliah, Ratna dan Guntoro langsung menuju ke tempat tujuan untuk mengantar batik. Waktu dari kampus sampai rumah bu Yulia selama 45 menit, itupun dengan motor. Untung Guntoro mau mengantar Ratna.
“Pak ini betul rumah bu Yulia?” tanya Ratna pada satpam
“Iya betul, ada perlu apa ya?”
“Saya mau mengantar pesanan batik bu Yulia.”
“Oh silahkan masuk.”
Mereka masuk kedalam rumah, lalu menunggu beberapa menit. Akhirnya bu Yulia datang.
“Ini batik pesanan saya ya?”
“Iya bu.”
“Ini Ratna kan?”
“Iya. Kok ibu bisa tau nama saya?”
“Saya teman ibu kamu. Sudah lama saya gak melihat kamu, setelah melihat sudah gadis yang cantik. Anak saya juga sepantaran kamu,”
“Ma.. aku pulang..” teriak anaknya yang baru pulang. Ternyata anaknya itu Galih.
“Eh ngapain lu ke rumah gue?” teriak Galih pada Ratna dan Guntoro
“Sttt.. Galih, ini anaknya temen mama. Namanya Ratna. Dia kesini mau nganterin kain batik pesanan mama.”
“Oh, nama lu Ratna. Pantes aja lu gak bisa ganti baju mahal gue. Orang miskin!”
“Galih!! Masuk ke kamar! Kamu Cuma bikin gaduh saja.”
“Oh, jadi mama lebih milih anak miskin ini daripada anaknya sendiri. Keterlaluan!”
“Bu, kami izin pulang. Terimakasih,” ucap Ratna dan Guntoro. Hati mereka sangat sakit mendengar perkataan Galih yang semena-mena
“Maafkan Galih ya cah Ayu. Dia memang begitu,”
“Iya bu, Ratna ngerti.”
***
Ratna akhirnya sampai ke rumahnya. Ia langsung membantu ibunya yang sedang menyuci. Tak ada kata lelah dalam kehidupan Ratna. Ia harus mengurangi beban orangtuanya. ketika Ratna sedang menjemur pakaian, ia melihat mobil mewah masuk ke rumahnya. Pemilik mobil itu adalah Galih dan bu Yulia.
“Assalammualaikum.. Ratna,”
“Waalaikumsallam bu Yulia, silahkan masuk.”
Ratna dan ibunya hanya bisa memberi teh manis hangat.
“Bu Siti, kalau ibu tidak keberatan saya mau menitipkan Galih disini selama seminggu. Semoga sifat sombong Galih hilang setelah Galih tinggal disini.”
“Ya semoga saja. Silahkan bu Yulia, saya tidak keberatan.” Jawab Bu Siti
***
Hari demi hari Galih lalui di rumah Ratna yang sangat sederhana. Sejak itu pula sifat sombong Galih mulai berkurang. Setiap berangkat kuliah, Galih naik angkot. Berbanding jauh dengan kehidupan Galih yang dulu, yang selalu naik mobil mewah.
“Ratna, ibu mau ke pasar. Tolong lanjutkan pekerjaan ibu,” ujar bu Siti
“Galih aja yang melanjutkan bu, Ratna pasti capek.” Galih langsung mengambil sapu untuk melanjutkan pekerjaan bu Siti tersebut.
“Gak usah mas Galih, Ratna aja.”
“Udah gak papa Ratna.”
***
Tak terasa sudah seminggu Galih berada di sini. Banyak sekali pelajaran yang Galih dapat. Besok Galih sudah harus balik ke rumahnya yang mewah.
“Mas Galih, ini Ratna bawakan teh hangat dan singkong rebus. Ratna boleh ikut duduk disini?”
“Duduk aja. Ratna, kenapa sih lu baik banget sama gue? Selama ini gue udah jahat banget sama lu. Gue jadi menyesal dengan semua perbuatan gue,”
“Ratna cuma mau buat mas Galih sadar, bahwa semua perbuatan mas Galih itu salah.”
“Selama gue disini, gue jadi ngerti arti kesabaran dan kerja keras. Lu udah gue anggap sebagai guru. Guru kehidupan yang ngajarin arti hidup. Makasih Ratna,”
“Iya mas,”
“Ratna, coba deh lu ngaca.”
“Ngaca? Emang ada apa mas?”
“Wajah kita mirip.”
“Ah masa si mas?”
Ratna bercermin. Kalau dilihat-lihat, mereka memang mirip. Mereka bagaikan anak kembar.
***
Bu Yulia datang untuk menjemput Galih.
“Galih, mama mau ngomong sama kamu.”
“Ngomong apa ma?”
“Sebenarnya ini rumah kamu.”
“Maksud mama? Galih gak ngerti ma.”
“Ini rumah kamu yang sebenarnya. Kamu anak kandung bu Siti, dan Ratna adalah saudara kembar kamu.”
“Apa ma? Mama gak bohong kan?”
“Gak Galih.. mama sudah mengidam-idamkan anak, tapi mama divonis tidak akan bisa punya anak. Akhirnya mama merawat kamu. Bu Siti juga membolehkan.”
“Jadi ibu aku bukan mama, tapi bu Siti.”
“Iya Galih..”
“Bu Siti, Ratna, maafkan Galih.. Galih sudah banyak salah sama kalian. Ternyata bu Siti ibunya Galih, dan Ratna adik Galih.”
“Iya nak Galih, maafkan saya. Dulu saya tidak bisa membiayai kamu dan Ratna. Bu Yulia menginginkan anak, yasudah kamu ibu berikan pada beliau.”
Suasana menjadi penuh tangisan. Galih sangat menyesal.
“Bapak aku mana bu?” tanya Galih pada bu Siti
“Bapak kamu sudah meninggal sejak kamu dan Ratna kecil.”
Tangis Galih semakin menjadi-jadi. Dan, akhirnya Galih menjadi seorang anak yang tak sombong lagi. Hidup Galih menjadi serba sederhana. Akhirnya keluarga bu Siti lengkap dengan kehadiran anak kembarnya, yaitu Galih dan Ratna.