Aku memukul tepi meja, mencoba melampiaskan semua kemarahan yg
membara. Entahlah apa yg harus aku lakukan untuk membuat diriku terlihat
“tahu diri”. Papan nama yg bertuliskan nama dan jabatanku ” Seruni
Olivia — Wakil Divisi II Renbang ” jatuh ke lantai terkena sapuan
tanganku. Kenapa aku harus mengerang seperti ini, menahan sakit yg
seperti menghujam atau bahkan merasakan darah yg mendidih. Aku bukan
siapa-siapa, bukan seseorang yg bermakna atau bukan orang yg berhak
untuk marah. Aku menghela napas panjang, memijit keningku dan mencoba
mengatur ritme napasku.
Aku butuh oksigen dalam jumlah banyak, sepertinya terlalu banyak
karbondioksida dalam paru-paruku. Sengaja membuatku sesak dan kemudian
membunuhku perlahan-lahan. Oh tidak, itu imajinasi berlebihan, aku hanya
sedang berada dalam ambang keputus-asaan atau mungkin depresi tingkat
tinggi. Hanya karena sebuah potret kesempurnaan yg tanpa sengaja aku
lihat, rasanya seperti meluluh-lantakkan perasaanku. Foto yg sengaja kau
edit, sengaja kau publikasikan dan mungkin sengaja untuk melukaiku, itu
sangat berhasil. Foto sialan, dengan tokoh-tokoh sialan, seorang pria
yg aku cintai dan seorang wanita yg begitu ku benci.
” Oh Tuhan, kenapa aku harus mencintai pria sepertinya .. Firly brengsek
!!” pekikku dalam hati, aku berjalan kearah jendela besar. Memandang
langit sore yg perlahan menjadi gelap, bunyi guntur perlahan nampak
terdengar, samar dan semakin jelas. Rintik hujan mulai turun, aku
menangis, mendekap tubuhku makin erat. Keadaan ini mungkin sudah seribu
kali terjadi, tetapi kenapa aku masih bertahan ? aku mengerang dalam
hati, menggigit bibir bawahku dengan sedikit tekanan. Aku terlalu lama
menderita,
Kau menemuiku, tepat setelah aku menghubungimu dan menunggumu ditempat
tersembunyi kita bertemu, di sebuah kedai makanan kecil dibilangan Kota.
Ini tempat tersembunyi yg pernah kita temui, jauh dari keberadaanmu
ataupun orang-orang yg mungkin curiga dengan tingkahmu. Kau selalu
mencari aman, dimanapun dan dengan siapapun terutama aku. Kau datang,
dengan sebuket mawar kuning seperti biasanya. Gerimis kecil membasahi
wajahmu, aku bisa melihat jelas butir-butir air yg menempel di sekitar
kumis tipismu. Kau tersenyum, melambai kearahku sementara aku berusaha
meredakan kekecutan yg tergambar dari senyumanku.
” Hei, sudah lama ?” sapamu lembut seraya mengecup pipi kananku, aku
menggeleng pelan ” Belum terlalu lama “. Kau menyodorkan buket mawar
kuning itu, aku menerimanya dan memasang senyum simpul. Meletakkan bunga
indah itu di kursi sebelahku sementara kau duduk di hadapanku. Membuka
mantel cokelatmu dan melonggarkan simpul dasi kantormu. ” Sudah pesan
menu ?” tanyamu lagi, aku masih terdiam memperhatikan setiap detail dari
wajahmu. Wajahmu nampak berbeda dengan wajah yg aku kenal 3 tahun lalu,
ada sedikit gumpalan yg mengisi pipi tirusmu dahulu. Kau nampak
bahagia, senang, pastinya. Kau menatapku, aku tak menyadari bahwa aku
melemparkan pandangan penuh kebekuan ” Kau kenapa ?” kau menyentuh buku
jariku, aku tersentak. Menggeleng pelan, kemudian menjauhkan jemariku
dari tangan kokoh milikmu. ” Aku belum pesan, kamu mau makan apa ?”
tanyaku dengan nada tak beraturan, aku berusaha menutupi semua,
membolak-balik buku menu yg ada dihadapanku.
Satu jam berlalu, kita menikmati setiap potongan dari steak daging wagyu
yg relatif murah dibandingkan jika menyantapnya di hotel bintang 5. Kau
menyeka ujung bibirmu dengan tissu putih, menenggak gelas kecil yg
berisi wiski sementara aku meremas-remas buku jariku dibawah meja. Aku
harus bicara, sekarang dan tak bisa mundur lagi. Aku menghela napas
berat, kau bisa menyadari itu dan dengan cepatnya menatap lurus mataku.
Aku tak bisa mengelak lagi ” Aku ingin bicara, serius ” ucapku mantap,
kau memiringkan kepalamu ke satu posisi dan melemparkan tatapan aneh
penuh selidik ” Bicara apa, kau tak seperti biasanya ?”
Entahlah, apa perkataanku cukup benar dimatamu, atau kah ini akan
menjadi perkataan penuh kekonyolan seperti yg sudah-sudah. ” Kau tahu,
aku benci Jingga !!” pekikku setengah marah, kau tersentak menatap tajam
kearah mataku. ” Kau tak sama sekali menghargai perasaanku, apa kau
tahu bagaimana sakitnya perasaan ku ketika melihat gambar ini ?? Hah !!”
Aku menyodorkan ponsel hitamku, memperlihatkan foto yg membuat hariku
berantakan, entah apakah kau menyadarinya. Aku merasakan rona panas dari
kedua bola mataku, apakah kali ini aku akan menangis lagi ?? Jangan,
aku berusaha meredam tangisku. Menatapmu lekat-lekat, ” Apa ini salah ?
menurutmu ?” tanyamu santai, seperti biasanya menghadapi kekacauan
pikiranku dengan sikap tenangmu. Rasanya ingin sekali melempar wajahmu
dengan garpu dan pisau dihadapanku, andai saja aku tak mencintaimu.
Apakah kau tak bisa sedikit saja sensitif seperti diriku ??
” Aku tak tahu, tapi ku rasa semuanya selesai !!” aku segera bangkit,
menyambar mantel putihku kemudian berjalan melewatimu. Aku tahu, kau
bukan tipe pria yg memohon-mohon pada wanita. Dan aku sudah
mempersiapkan diri untuk itu, jika kau tak mencegahku, jika kau ternyata
benar-benar tak memperdulikanku. Aku berjalan cepat kearah pintu kaca,
mendorongnya dengan keras tanpa menoleh lagi ketempat dudukmu untuk
terakhir kalinya.
Aku membuka knop pintu taksi, dan seketika itu kau mencegahnya. Aku
menoleh, menemukanmu dengan wajah yg tak sedingin tadi. ” Aku ingin
mendengarmu lebih banyak lagi ” pintamu lembut, aku menyeka airmata yg
sedari tadi membanjiri pipiku. Aku tak bisa menolakmu, memang ini yg aku
inginkan, aku ingin berbicara banyak padamu, tentang kau, keluargamu,
dan kita. Kau menggandengku kearah gedung tinggi, memasuki lobby dan
pergi menuju tempat makan yg mewah. Aku membutuhkan tempat yg nyaman,
dan kau tahu itu.
” Ada apa sebenarnya ?” tanyamu lembut, seraya menyobek bungkus kecil
gula putih dan meleburnya dalam cangkir teh panasmu. Aku mencoba
melenyapkan isak tangisku, ini memang sangat tak dewasa. Aku seorang
wanita yg berusia hampir kepala 3 dengan wajah merah dan suara isak yg
nampak dipaksakan untuk menghilang. ” Aku melukaiku, mungkin. Tapi yaa
memang kau berhak melakukan itu, kau berhak untuk apa saja. Kau berhak
membuat hidupmu terasa sempurna, kau berhak memberikan cipratan
kebehagiaanmu dan kau memang berhak melukai-ku !!” Aku menekankan nada
pada kata terakhir. Kau mulai kehilangan kesabaranmu, mengaduk cangkir
teh-mu dengan cepat dan kemudian melepaskan sendok kecil itu dalam
putaran air.
” Aku tak mengerti maksudmu ? kau menjadi berbeda hanya karena sebuah
foto ?? Ohh Seruni, bukankah itu sama halnya dengan aku memasang foto
pernikahanku ??” Kau mencengkram ujung kursi mahal itu. Aku terteguh,
merasakan setiap sayatan dalam kata-katamu. Kata “pernikahan” yg seperti
granat dan menghancurkanku. ” Kau memang tak pernah salah, tapi aku yg
salah ! Aku mencintai pria beristri !!” makiku pelan, menatap kedalam
matamu yg kini nampak menyesal telah mengatakan itu.
” Aku telah membuang banyak waktu untuk ini, untuk kau, untuk kita walau
pada akhirnya kita tak akan bisa menjadi satu. 3 tahun aku mencoba
menahan rasa sakitku, menahan semuanya !! menjaga agar perasaan Jingga
tak terluka tapi kau, kau tak perlu susah payah untuk menjaga
perasaanku. Kau tak pernah tahu bagaimana terlukanya hatiku, kau tak
akan merasakannya !!!” umpatan demi umpatan aku lontarkan dengan kasar
dihadapanmu. Aku telah hancur, dan tak ada yg lebih baik selain
mengungkapan semua ini kepadamu.
” Kita sudah membahas ini ribuan kali, dan kau tahu bagaimana keadaanku
?? Aku mencintaimu dan tak bisa meninggalkan Jingga ” kau nampak
frustasi menghadapi semua kekacauan pikiranku. Aku mendengus kesal,
berkali-kali mengalihkan pandanganku pada beberapa pelayan yg nampak
ingin mengetahui lebih banyak. ” Dan sekarang, aku katakan .. ini
berakhir, kau tak bisa merubah apapun !!” Aku beranjak pergi, dengan
pandangan menjijikan yg aku lemparkan kepadamu. Seorang pria yg tak
pernah mengakui keberadaanku, dan seorang pria yg tak sungguh-sungguh
ingin mempertahankan aku. Aku sudah muak dengan semua sandiwara ini,
Aku menangis dan terus menangis, berkali-kali ponselku berdering dan
akhirnya berhenti dengan sendirinya. Berganti dengan dering pesan
singkat, aku meraih ponselku, kesemuanya dari nomer ponselmu. Aku tak
menghiraukan semua permintaan maafmu dan semua kepalsuan cintamu. Tak
ada yg lebih kau inginkan selain menjadikan aku sebagai orang yg bisa
mendengar semua keluh-kesahmu tentang berbagai hal yg tak bisa kau bagi
dengan Jingga. Aku masih tak mengerti, kau berkata yg sebenarnya atau
hanya bagian dari sandiwaramu.
Berkali-kali aku berusaha untuk berpikir bahwa aku satu-satunya wanita
yg bodoh. Aku bertahan dengan hubunganku yg sebenarnya tak ada, dengan
kesendirian yg sebenarnya membunuhku. Sebenarnya, itu tak ada bedany
dengan jika saja aku berani memasang gambaran kebahagiaanku dengan
seseorang yg lajang diluar sana. Tidak beda tapi kenapa menurutku tetap
salah ? Kenapa aku justru setia padamu ?? Kenapa aku tak berani
mengambil kebahagiaanku ? Kenapa aku harus selalu merasa terluka, merasa
terhina dan merasa kalah ?? Aku memang kalah, sejak awal, sejak pertama
kali menyadari hadirnya keberadaanmu. Tapi kenapa aku masih berdiri
disini hingga 3 tahun ?? menikmati setiap tusukan-tusukan yg perlahan
mematikan ?? Ahh kau pasti tak mengerti,
Hari ini semua berakhir, aku, kau atau semua sandiwara cinta ini. Aku
tak sanggup lebih lama untuk menjadi pemain cadangan, cadangan cinta
untuk dirimu. Sudah saatnya aku menjadi tokoh utama, pelaku cinta yg
rill dan sah.
Aku pergi, mengepaki setiap baju kedalam koper besar berwarna merah tua.
Passporrt dan visa tergeletak diatas nakas kecil, aku merapikan diriku.
Penerbangannya akan berangkat pukul 9 pagi ini, dan sekarang tepat jam 2
dini hari, aku harus segera berangkat ke bandara Internasional. Hari
ini tepat 3 hari setelah kejadian malam itu, dan aku sudah membuat
keputusan besar dalam hidupku. Aku memilih untuk mengambil studi lagi di
Columbia University, aku resmi diterima 2 hari yg lalu, sebenarnya
semua studi itu atas usulan Dewan Komisaris untuk mendongkrak posisiku.
Aku sudah berusaha mati-matian untuk menolaknya, tapi mereka dengan
cepat mendapatkan rekap nilai IPK-ku yg menyamai nilai sempurna dan
telah mengurus semuanya. Jika saja aku diterima, aku akan mati-matian
menolaknya, hanya untukmu, DULU. Tapi sekarang, semuanya terasa tepat
jika harus melupakan semuanya termasuk dirimu. Aku pergi dan akan
menjemput bahagiaku seorang diri …………
Selamat Malam Kami Numpang Promo Disini Ya kakak
BalasHapusKelebihan bermain bersama kami di POKER555.NET ADALAH:
- Minimal deposit & Withdraw Rp 15.000
-Deposit dan Withdraw paling lama hanya 3 menit.
- Bonus New Member 10
- Bonus Roolingan 0,5%
- Bonus Referral 10% (seumur hidup)
-Jackpot terbesar (30.0000.000) Hingga (Rp 60.0000.000)
-100% Player vs Player
-Dengan server yang berkecepatan tinggi membuat permainan poker semakin nyaman.
-Jadi Tunggu apa lagi, Ayo Buruan Bergabung dan daftar kan didalam poker555
anda bisa bermainan dengan Ribuan Pemain Poker Lainnya Hanya di " www.poker555.net "
-DAFTAR sekarang juga.
di http://www.poker555.net
Kami akan melayani anda selama 24 jam Online Setiap harinya,
Terima Kasih
di web: http://www.poker555.net
Alternatif link : www.PKR555.COM
Untuk info lebih lanjut silakan hubungi CS kami.
Layanan Support Full 24/7 :
LiveChat : www.poker555.net / http://bit.ly/1KsMiy2
PiN BB : 5685366C